Temukan Kekuatan Dolar AS Mengguncang Asia, Bagaimana Nasib Rupiah Kita Sekarang? dengan prospek ekonomi suram

Senin, 2 Juni 2025 oleh paiman

Temukan Kekuatan Dolar AS Mengguncang Asia, Bagaimana Nasib Rupiah Kita Sekarang? dengan prospek ekonomi suram

Dolar AS Mengguncang Asia, Bagaimana Nasib Rupiah Kita?

Foto: Ilustrasi Dolar Amerika Serikat (AS). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Dalam sepekan terakhir (23-30 Mei 2025), mata uang Asia serempak menunjukkan pelemahan terhadap Dolar AS. Apa yang menyebabkan hal ini, dan bagaimana posisi Rupiah di tengah gejolak ini?

Data dari Refinitiv menunjukkan bahwa Won Korea Selatan menjadi yang paling terpukul, dengan penurunan mencapai 1,27%. Baht Thailand juga mengalami penurunan signifikan sebesar 1,23%, diikuti oleh Yen Jepang yang melemah 1,05%.

Ringgit Malaysia dan Rupiah Indonesia juga tak luput dari tekanan, masing-masing terdepresiasi sebesar 0,59% dan 0,43%. Meski melemah, Rupiah menunjukkan ketahanan yang relatif lebih baik dibandingkan beberapa mata uang Asia lainnya.

Pelemahan mata uang Asia ini beriringan dengan penguatan Indeks Dolar AS (DXY), yang naik 0,22% secara mingguan, dari 99,11 menjadi 99,33.

Sempat ada harapan pemulihan setelah pengadilan federal memblokir tarif global yang diberlakukan oleh Presiden Trump. Namun, Derek Halpenny, seorang analis dari MUFG Bank, berpendapat bahwa pemulihan ini kemungkinan akan terbatas. Gedung Putih sendiri telah mengajukan banding atas keputusan pengadilan tersebut.

"Rasanya tidak mungkin pemerintahan Trump akan menerima keputusan ini begitu saja, bahkan jika upaya bandingnya gagal," ujar Halpenny. Ia menambahkan bahwa Trump kemungkinan akan mencari cara lain untuk mencapai kesepakatan dagang yang lebih menguntungkan bagi AS.

Halpenny juga berpendapat bahwa pengadilan banding mungkin lebih mendukung argumen pemerintah, dan Trump bahkan bisa membawa kasus ini hingga ke Mahkamah Agung.

Trump diberikan waktu 10 hari untuk menghentikan tarif tersebut, meskipun sebagian besar tarif tersebut sudah ditangguhkan. Gedung Putih telah secara resmi mengajukan banding atas keputusan tersebut.

Ipek Ozkardeskaya, seorang analis dari Swissquote Bank, memberikan pandangannya: "Jika putusan pengadilan tetap berlaku dan tarif diblokir, kita bisa melihat reli risiko global di berbagai indeks utama, dolar, dan komoditas, karena adanya harapan pertumbuhan global yang membaik."

Di penghujung pekan, DXY terlihat mengalami tekanan, terutama pada hari Kamis (29/5/2025), setelah data ekonomi AS menunjukkan sinyal yang kurang menggembirakan.

Jumlah klaim awal tunjangan pengangguran di AS naik 14.000 dari pekan sebelumnya, menjadi 240.000 untuk periode yang berakhir pada 24 Mei. Ini adalah level tertinggi dalam satu bulan dan melampaui ekspektasi pasar yang memperkirakan angka 230.000.

Selain itu, klaim lanjutan (outstanding claims) juga naik 26.000 menjadi 1.919.000 pada periode sebelumnya. Angka ini jauh di atas perkiraan pasar yang memprediksi penurunan menjadi 1.890.000, dan merupakan level tertinggi sejak November 2021.

Rupiah: Mampu Bertahan di Tengah Gempuran?

Jika kita membandingkan kinerja Rupiah dengan mata uang Asia lainnya sepanjang pekan ini, Rupiah dapat dikatakan menunjukkan performa yang cukup baik.

Rupiah berhasil menguat terhadap Won Korea Selatan dan Baht Thailand, masing-masing sebesar 0,81% dan 0,77%. Mata uang Garuda hanya tertekan terhadap Yuan China dan Rupee India, yang masing-masing melemah sebesar 0,22% dan 0,05%.

Aliran modal asing juga terlihat masuk ke pasar keuangan domestik, dengan net buy sebesar Rp2,02 triliun pada Surat Berharga Negara (SBN) untuk data transaksi 26-27 Mei 2025. Hal ini menjadi salah satu faktor yang mendukung apresiasi Rupiah dalam sepekan terakhir.

Gejolak nilai tukar mata uang memang bisa membuat kita khawatir. Tapi tenang saja, ada beberapa langkah yang bisa kita lakukan untuk menjaga nilai Rupiah kita tetap stabil. Yuk, simak tips berikut!

1. Diversifikasi Investasi - Jangan hanya menaruh semua telur dalam satu keranjang! Sebarkan investasi Anda ke berbagai instrumen, seperti saham, obligasi, properti, atau reksa dana. Dengan begitu, jika salah satu investasi mengalami penurunan, Anda masih punya yang lain untuk menyeimbangkan.

Misalnya, selain menyimpan uang di tabungan Rupiah, Anda bisa mencoba berinvestasi dalam reksa dana berbasis Dolar AS. Ini bisa menjadi lindung nilai (hedging) jika Rupiah melemah.

2. Bijak dalam Mengelola Utang - Hindari utang yang tidak produktif, terutama yang berdenominasi mata uang asing jika penghasilan Anda dalam Rupiah. Jika terpaksa berutang, pastikan Anda memiliki kemampuan untuk membayar cicilannya, bahkan jika nilai tukar Rupiah melemah.

Contohnya, sebelum mengambil KPR dengan bunga mengambang, pertimbangkan dengan matang risiko fluktuasi nilai tukar. Lebih baik pilih KPR dengan bunga tetap (fixed rate) jika Anda merasa kurang nyaman dengan risiko.

3. Gunakan Produk Dalam Negeri - Dengan membeli dan menggunakan produk dalam negeri, kita turut membantu memperkuat perekonomian Indonesia. Ini juga akan mengurangi ketergantungan kita pada barang impor yang harganya bisa melonjak jika Rupiah melemah.

Misalnya, daripada membeli pakaian merek luar negeri, coba lirik produk-produk dari desainer lokal yang kualitasnya juga tidak kalah bagus. Selain mendukung perekonomian, Anda juga bisa tampil lebih unik dan stylish!

4. Pantau Perkembangan Ekonomi - Selalu update dengan berita dan analisis ekonomi terkini. Dengan memahami kondisi ekonomi, Anda bisa membuat keputusan keuangan yang lebih cerdas dan tepat.

Anda bisa mengikuti berita dari media-media ekonomi terpercaya, seperti CNBC Indonesia, Kontan, atau Bisnis Indonesia. Selain itu, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan perencana keuangan jika Anda merasa kesulitan.

Kenapa ya, kok Rupiah bisa melemah terhadap Dolar AS, padahal kelihatannya ekonomi kita baik-baik saja, menurut Pakar Ekonomi? - Tanya Budi

Menurut Ibu Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan RI, pelemahan Rupiah bisa disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk sentimen global, kebijakan moneter negara lain, dan juga permintaan dan penawaran Dolar AS di pasar. Faktor internal seperti impor yang lebih besar dari ekspor juga bisa mempengaruhi. Pemerintah terus berupaya menjaga stabilitas Rupiah dengan berbagai kebijakan, termasuk intervensi di pasar valuta asing.

Kalau Rupiah terus melemah, apa dampaknya bagi rakyat kecil seperti saya, ya? - Tanya Ani

Menurut Bapak Perry Warjiyo, Gubernur Bank Indonesia, jika Rupiah melemah, harga barang-barang impor, termasuk bahan baku produksi, bisa menjadi lebih mahal. Ini bisa menyebabkan inflasi atau kenaikan harga barang secara umum. Namun, BI terus berupaya menjaga inflasi tetap terkendali agar tidak memberatkan masyarakat, terutama yang berpenghasilan rendah.

Apa yang bisa pemerintah lakukan supaya Rupiah tidak terus-terusan tertekan sama Dolar AS? - Tanya Joko

Menurut Bapak Airlangga Hartarto, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, pemerintah melakukan berbagai upaya untuk memperkuat Rupiah, termasuk meningkatkan ekspor, menarik investasi asing, dan menjaga stabilitas makroekonomi. Selain itu, pemerintah juga mendorong penggunaan Rupiah dalam transaksi domestik untuk mengurangi ketergantungan pada Dolar AS.

Sebagai investor pemula, bagaimana saya harus menyikapi kondisi Rupiah yang sedang tidak stabil ini? - Tanya Susi

Menurut Ibu Felicia Putri Tjiasnyo, seorang perencana keuangan, investor pemula sebaiknya fokus pada investasi jangka panjang dan tidak panik saat Rupiah melemah. Lakukan diversifikasi investasi dan pilihlah instrumen yang sesuai dengan profil risiko Anda. Jangan lupa untuk selalu melakukan riset sebelum berinvestasi dan berkonsultasi dengan perencana keuangan jika diperlukan.