Temukan Fenomena Aneh, Tanda Kiamat Muncul di Mana,mana, Bahkan Tampak Jelas di Nasi dan Susu, Pertanda Akhir Zaman?

Selasa, 20 Mei 2025 oleh paiman

Temukan Fenomena Aneh, Tanda Kiamat Muncul di Mana,mana, Bahkan Tampak Jelas di Nasi dan Susu, Pertanda Akhir Zaman?

Pemanasan Global Mengintai: Tanda-Tanda 'Kiamat' Justru Ada di Piring Makan Kita

Jakarta, CNBC Indonesia - Tanpa kita sadari, dampak pemanasan global yang sering disebut sebagai tanda-tanda 'kiamat' ternyata sudah menyusup ke makanan sehari-hari kita. Nasi, susu, daging, hingga seafood, semua berpotensi membawa masalah bagi kesehatan kita. Bagaimana bisa?

Para ahli sepakat bahwa suhu Bumi yang terus meningkat menciptakan lingkungan yang ideal bagi bakteri dan kuman untuk berkembang biak dan mencemari makanan. Kasus yang dialami oleh seorang wanita di India menjadi contoh nyata.

Kisah Sumitra: Nasi yang Berubah Jadi Petaka

Sumitra Sutar, seorang wanita berusia 75 tahun yang tinggal di desa Haroli, Maharashtra, India, mengalami pengalaman pahit akibat nasi yang terkontaminasi. Selama lebih dari 50 tahun, nasi dan kari lentil menjadi makanan pokoknya. Namun, lima tahun lalu, tubuhnya mulai bereaksi negatif setelah mengonsumsi hidangan tersebut. Ia mengalami muntah-muntah hingga 15 kali sehari!

Setelah diperiksa, ternyata penyebabnya adalah bakteri Bacillus cereus yang menghasilkan racun berbahaya. Bakteri ini lebih mudah tumbuh dalam nasi yang disimpan setelah dimasak, terutama di tengah suhu yang semakin panas. Racun yang dihasilkan dapat menyebabkan muntah, radang mata, hingga infeksi saluran pernapasan.

Penelitian menunjukkan bahwa memasak nasi di rumah saja tidak cukup untuk membunuh spora bakteri ini. Ini adalah peringatan serius bagi kita semua.

Ancaman Nyata: Rantai Makanan yang Rentan

Para peneliti dan pekerja kesehatan mengingatkan bahwa pasokan makanan kita semakin rentan terhadap pembusukan akibat panas ekstrem, banjir, dan kekeringan. Kondisi ini meningkatkan risiko kontaminasi dan wabah penyakit bawaan makanan.

Panas ekstrem mempercepat pembusukan makanan karena bakteri berkembang biak lebih cepat. Banjir dapat mencemari tanaman dengan limbah, sementara kelembapan tinggi memicu pertumbuhan bakteri Salmonella pada selada dan sayuran mentah lainnya.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, setiap tahun ada sekitar 600 juta orang sakit akibat penyakit bawaan makanan, dan 420.000 di antaranya meninggal dunia. Anak-anak di bawah usia 5 tahun adalah kelompok yang paling rentan.

Faktor-Faktor Pemicu: Lebih dari Sekadar Cuaca Panas

Masalah ini diperparah oleh praktik pertanian dan rantai pasokan pangan global yang kurang ramah lingkungan. Sebuah studi dalam eBiomedicine menemukan bahwa setiap kenaikan suhu 1 derajat Celcius meningkatkan ancaman Salmonella non-tifoid dan Campylobacter sebesar 5%. Kedua bakteri ini sering menjadi penyebab keracunan makanan.

Markas Bakteri: Suhu Tinggi dan Banjir

Desa tempat tinggal Sumitra mengalami kenaikan suhu yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Pada musim panas, suhu bisa mencapai 43 derajat Celcius. Pekerja medis setempat melaporkan peningkatan kasus keracunan makanan di wilayah tersebut.

Ahmed Hamad, seorang dosen di Benha University, Mesir, menjelaskan bahwa suhu tinggi memicu pertumbuhan bakteri seperti Listeria, Campylobacter, dan Salmonella pada daging, produk susu, dan seafood.

Selain panas, banjir juga menjadi masalah. Limpahan kotoran ternak dari peternakan yang berdekatan dengan lahan pertanian dapat mencemari hasil panen, terutama sayuran yang dikonsumsi mentah.

Martin Richter, kepala unit keamanan makanan di German Federal Institute for Risk Assessment, menyarankan untuk memasak makanan pada suhu 70 derajat Celcius selama minimal 2 menit untuk membunuh patogen yang menempel di permukaan makanan.

Perlunya Edukasi: Masyarakat Masih Salah Paham

Para ahli menekankan pentingnya edukasi yang lebih mendalam kepada masyarakat mengenai bahaya perubahan iklim dalam meningkatkan risiko penyakit dari makanan.

Ahmed Hamad mengatakan bahwa banyak orang masih menganggap perubahan iklim hanya sebagai isu lingkungan, tanpa menyadari dampaknya terhadap kesehatan publik, termasuk peningkatan risiko penyakit dari makanan. Ia juga menambahkan bahwa ada kesalahpahaman bahwa cuaca dingin dapat membunuh patogen. Padahal, beberapa bakteri seperti Listeria tetap dapat tumbuh pada suhu dingin.

Padmashri, seorang pekerja medis di desa Haroli, mengatakan bahwa penduduk setempat seringkali membantah ketika ia menjelaskan tentang penyebab peningkatan penyakit dari makanan. Mereka beranggapan bahwa penyakit tersebut hanya disebabkan oleh penanganan makanan yang buruk. Ia harus bersabar dalam menjelaskan bahwa perubahan iklim adalah faktor utama.

"Orang-orang tak mau menerima bahwa perubahan iklim menyebabkan penyakit dari makanan," ujarnya. Ia menambahkan bahwa penduduk di desanya cenderung tidak peduli dengan isu perubahan iklim dan dampaknya, meskipun mereka sudah merasakannya secara langsung.

Perubahan iklim memang bikin khawatir, tapi jangan panik! Ada beberapa langkah sederhana yang bisa kita lakukan untuk melindungi diri dan keluarga dari penyakit bawaan makanan. Yuk, simak tips berikut ini:

1. Cuci Tangan dengan Benar - Sebelum menyiapkan atau mengonsumsi makanan, pastikan Anda mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir selama minimal 20 detik. Ini adalah langkah dasar yang sangat penting untuk menghilangkan kuman dan bakteri yang mungkin ada di tangan Anda. Bayangkan saja, sehabis memegang uang atau gagang pintu, tangan kita bisa jadi sarang kuman, lho!

Jangan lupa, ajarkan juga ke anak-anak agar mereka terbiasa mencuci tangan sebelum makan.

2. Masak Makanan Hingga Matang Sempurna - Pastikan makanan, terutama daging, ayam, dan seafood, dimasak hingga matang sempurna. Gunakan termometer makanan untuk memastikan suhu internal mencapai tingkat yang aman. Misalnya, daging ayam harus dimasak hingga suhu internal mencapai 74 derajat Celcius.

Memasak dengan suhu yang tepat akan membunuh bakteri berbahaya yang mungkin ada di dalam makanan.

3. Simpan Makanan dengan Benar - Jangan biarkan makanan yang sudah dimasak berada di suhu ruang terlalu lama. Simpan sisa makanan di lemari es dalam waktu 2 jam setelah dimasak. Gunakan wadah kedap udara untuk mencegah kontaminasi silang.

Suhu dingin akan memperlambat pertumbuhan bakteri, sehingga makanan lebih aman untuk dikonsumsi.

4. Pilih Sumber Makanan yang Terpercaya - Belilah bahan makanan dari toko atau pasar yang bersih dan terpercaya. Perhatikan tanggal kedaluwarsa dan pastikan produk dalam kondisi baik. Untuk sayuran dan buah-buahan, cuci bersih sebelum dikonsumsi, terutama jika akan dimakan mentah.

Dengan memilih sumber makanan yang terpercaya, kita bisa mengurangi risiko terpapar bakteri dan kuman berbahaya.

Apakah benar nasi basi lebih berbahaya sekarang karena pemanasan global, menurut pendapat Ibu Ratna?

Menurut Dr. Tania Putri, seorang ahli gizi, "Benar, nasi basi memang berpotensi lebih berbahaya di tengah pemanasan global. Suhu yang lebih tinggi mempercepat pertumbuhan bakteri seperti Bacillus cereus yang menghasilkan racun. Penting untuk tidak mengonsumsi nasi yang sudah basi dan selalu menyimpan makanan dengan benar."

Pak Budi bertanya, bagaimana cara terbaik mencuci sayuran agar terhindar dari kontaminasi bakteri?

Menurut Chef Juna Rorimpandey, "Mencuci sayuran dengan air mengalir saja tidak cukup. Rendam sayuran dalam air yang sudah diberi sedikit cuka atau garam selama 15-20 menit. Ini akan membantu menghilangkan bakteri dan pestisida yang mungkin menempel. Setelah itu, bilas kembali dengan air bersih dan keringkan sebelum digunakan."

Mbak Ani bingung, apakah memasak dengan microwave bisa membunuh semua bakteri dalam makanan?

Menurut Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS, seorang ahli teknologi pangan, "Memasak dengan microwave bisa membunuh bakteri, asalkan makanan dipanaskan secara merata hingga suhu internal mencapai tingkat yang aman. Pastikan makanan diputar atau diaduk selama proses memasak agar panasnya merata. Jika tidak, beberapa bagian makanan mungkin tetap dingin dan bakteri masih bisa bertahan hidup."

Apa yang sebaiknya Ibu Sinta lakukan jika ia mengalami gejala keracunan makanan?

Menurut Dr. Reisa Broto Asmoro, seorang dokter dan presenter kesehatan, "Jika mengalami gejala keracunan makanan seperti mual, muntah, diare, atau demam, segera minum banyak cairan untuk mencegah dehidrasi. Jika gejala memburuk atau berlangsung lebih dari 24 jam, segera konsultasikan ke dokter. Jangan tunda, karena keracunan makanan bisa berbahaya, terutama bagi anak-anak dan orang tua."