Susu Almond, Dari Buku Resep Arab ke Coffee Shop Kekinian yang Wajib Dicoba

Sabtu, 19 April 2025 oleh paiman

Susu Almond, Dari Buku Resep Arab ke Coffee Shop Kekinian yang Wajib Dicoba

Susu Almond: Perjalanan Panjang dari Resep Kuno Hingga Tren Kekinian

Bayangkan sedang asyik di coffee shop, aroma kopi menguar, dan barista menawarkan pilihan susu almond untuk latte Anda. Tak asing lagi, bukan? Bersama susu kedelai dan oat, susu almond kini jadi pilihan populer, walau seringkali dengan harga ekstra. Di Indonesia, susu almond seringkali diasosiasikan dengan gaya hidup sehat kelas menengah atas, minuman para influencer kesehatan yang peduli dengan diet rendah kalori dan bebas laktosa.

Lebih dari Sekedar Tren: Sejarah Susu Almond yang Kaya

Namun, tahukah Anda bahwa susu almond bukan sekadar tren kekinian? Kisahnya berawal berabad-abad silam, jauh sebelum era media sosial. Sejarah mencatat, susu almond telah dikonsumsi sejak abad ke-10 di Baghdad, menyebar ke wilayah Mediterania, dan populer di kalangan Muslim, Kristen, dan Yahudi.

Pada awalnya, susu almond bukan simbol status, melainkan solusi praktis. Tanpa lemari es, susu hewani cepat basi. Susu almond menjadi alternatif yang tahan lama, bahkan menjadi penyelamat saat larangan konsumsi produk hewani di masa pra-Paskah bagi umat Kristen. Tak hanya diminum langsung, susu almond juga diolah menjadi sup, saus, dan dessert, berkat teksturnya yang creamy.

Dari Kebutuhan Menjadi Lambang Kemewahan

Menariknya, pada abad ke-13, susu almond bertransformasi menjadi simbol kemewahan, tercatat dalam kitab resep kuno Kitab al-Tabikh karya Ibnu Sayyar al-Warraq. Di masa yang sama, manfaat kesehatannya mulai terungkap, direkomendasikan oleh tokoh kedokteran seperti Ibnu Sina untuk berbagai kondisi kesehatan. Kini, kita tahu susu almond bermanfaat bagi kulit, rambut, tekanan darah, berat badan, tulang, dan jantung, serta menjadi alternatif bagi mereka yang intoleran laktosa.

Perjalanan Global dan Dilema Modern

Perdagangan dan pengaruh Islam membawa susu almond ke India dan Sri Lanka, di mana ia berperan dalam upacara keagamaan dan pengobatan Ayurveda. Sayangnya, statusnya sebagai barang mewah membuat aksesnya terbatas. Barulah di abad ke-20, kesadaran akan kesehatan mendorong permintaan susu almond, memicu produksi massal di abad ke-21 oleh merek seperti Silk dan Califia Farms.

Meskipun ramah lingkungan karena membutuhkan lebih sedikit air daripada peternakan sapi, industri susu almond menghadapi kritik. Produksi massal di California, AS, menimbulkan kekhawatiran akan penggunaan air yang intensif di tengah kekeringan. Selain itu, muncul isu kondisi pekerja, penggunaan pestisida berlebihan, dan dampaknya pada populasi lebah.

Meski demikian, popularitas susu almond terus meningkat, termasuk di Indonesia, seiring tren gaya hidup sehat dan budaya ngopi. Di sini, susu almond masih dianggap minuman mewah, berbeda dengan susu kedelai yang telah merakyat. Akankah susu almond menjadi lebih terjangkau di Indonesia? Mungkin saja, namun industrialisasi besar-besaran yang dibutuhkan menimbulkan dilema antara aksesibilitas dan dampak lingkungan.

Mungkin, untuk saat ini, kita perlu bijak menikmati susu almond sebagai minuman istimewa, bukan demi gaya, melainkan demi menjaga kelestarian bumi kita.

Yuk, nikmati susu almond dengan lebih bijak dan bertanggung jawab dengan beberapa tips berikut:

1. Pilih susu almond dengan kemasan ramah lingkungan. - Cari kemasan yang dapat didaur ulang atau terbuat dari bahan daur ulang untuk mengurangi dampak sampah.

Contoh: Kemasan karton atau kaca lebih baik daripada plastik.

2. Buat susu almond sendiri di rumah. - Prosesnya cukup mudah dan Anda bisa mengontrol kualitas bahan baku.

Cari resep online dan sesuaikan dengan selera Anda.

3. Konsumsi secukupnya. - Meskipun menyehatkan, konsumsi berlebihan tetap tidak disarankan.

Nikmati susu almond sebagai bagian dari pola makan seimbang.

4. Cari tahu asal-usul produk. - Pilih merek yang transparan tentang proses produksi dan dampak lingkungannya.

Dukung merek yang berkomitmen pada praktik berkelanjutan.

5. Eksplorasi alternatif susu nabati lainnya. - Coba susu kedelai, susu oat, atau susu dari kacang-kacangan lokal lainnya untuk variasi dan mendukung produk lokal.

Indonesia kaya akan sumber pangan nabati yang bisa diolah menjadi susu.

Apakah susu almond lebih sehat daripada susu sapi, Pak Budi?

**(Dr. Zaidul Akbar, Praktisi Kesehatan)** Kedua susu memiliki manfaat masing-masing. Susu almond rendah kalori dan bebas laktosa, sedangkan susu sapi kaya kalsium. Kunci sehat ada pada pola makan seimbang dan sesuai kebutuhan individu.

Bagaimana cara membuat susu almond sendiri di rumah, Mbak Ani?

**(Chef Renatta Moeloek, Chef & Restoran Owner)** Rendam almond semalaman, lalu blender dengan air bersih. Saring ampasnya dan susu almond siap dinikmati. Anda bisa menambahkan kurma atau vanili untuk rasa yang lebih nikmat.

Apa dampak lingkungan dari produksi susu almond, Ibu Dewi?

**(Riri Muktamar, Aktivis Lingkungan)** Produksi susu almond, terutama di California, membutuhkan banyak air dan berpotensi mengganggu ekosistem. Penting untuk memilih merek yang bertanggung jawab terhadap lingkungan.

Apakah ada alternatif susu nabati lain selain susu almond, Mas Anton?

**(Ade Rai, Binaragawan & Pengusaha)** Tentu saja! Ada susu kedelai, susu oat, susu kacang mete, bahkan susu dari kacang-kacangan lokal seperti kacang hijau atau kacang merah. Coba eksplorasi dan temukan favoritmu!

Kapan susu almond mulai populer di Indonesia, Mbak Siti?

**(Najwa Shihab, Jurnalis & Presenter)** Popularitas susu almond di Indonesia meningkat seiring tren gaya hidup sehat dan budaya ngopi di coffee shop beberapa tahun terakhir.

Bagaimana cara memilih susu almond yang berkualitas, Pak Joko?

**(Christian Sugiono, Aktor & Entrepreneur)** Perhatikan komposisi, pilih yang kandungan almondnya tinggi dan minim pemanis buatan. Cek juga sertifikasi dan reputasi merek tersebut.