Ketahui 14 Manfaat Rebusan Daun Putri Malu yang Wajib Kamu Ketahui
Jumat, 3 Oktober 2025 oleh journal
Rebusan merupakan metode ekstraksi senyawa aktif dari bahan alami, seperti daun atau akar, dengan cara merebusnya dalam air. Proses ini bertujuan untuk melarutkan senyawa-senyawa fitokimia yang terkandung dalam tanaman, sehingga dapat dimanfaatkan untuk tujuan terapeutik.
Daun yang sering digunakan dalam metode ini adalah dari tumbuhan Putri Malu (Mimosa pudica L.), sebuah herba menjalar yang dikenal dengan responsnya yang unik terhadap sentuhan, di mana daunnya akan melipat ke dalam.
Secara tradisional, bagian-bagian tumbuhan ini telah lama dimanfaatkan dalam pengobatan berbagai kondisi kesehatan di berbagai belahan dunia, mencerminkan kekayaan potensi farmakologisnya.
Penggunaan rebusan daun ini menjadi salah satu bentuk aplikasi paling umum dalam praktik pengobatan tradisional.
manfaat rebusan daun putri malu
- Anti-inflamasi:
Rebusan daun Mimosa pudica menunjukkan potensi signifikan sebagai agen anti-inflamasi. Kandungan flavonoid dan alkaloid dalam daun dipercaya berkontribusi pada efek ini, dengan menghambat jalur inflamasi tertentu dalam tubuh.
Sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal of Ethnopharmacology pada tahun 2017 menyoroti kemampuan ekstrak Mimosa pudica untuk mengurangi pembengkakan pada model hewan yang diinduksi inflamasi.
Mekanisme kerjanya meliputi penekanan produksi mediator pro-inflamasi seperti prostaglandin dan sitokin.
- Analgesik (Pereda Nyeri):
Selain sifat anti-inflamasi, rebusan daun ini juga dilaporkan memiliki efek analgesik. Senyawa aktif di dalamnya dapat bekerja pada reseptor nyeri atau mengurangi transmisi sinyal nyeri ke otak.
Penelitian yang dimuat dalam Pharmacognosy Research pada tahun 2019 menunjukkan bahwa dosis tertentu dari ekstrak Mimosa pudica efektif dalam mengurangi nyeri nosiseptif pada hewan percobaan.
Potensi ini menjadikannya kandidat menarik untuk pengembangan fitofarmaka pereda nyeri alami.
- Antidepresan:
Beberapa penelitian awal mengindikasikan bahwa Mimosa pudica mungkin memiliki sifat antidepresan. Efek ini diyakini terkait dengan interaksinya pada sistem neurotransmiter, khususnya yang melibatkan serotonin.
Sebuah artikel dalam Indian Journal of Pharmaceutical Sciences pada tahun 2015 membahas bagaimana ekstrak tumbuhan ini dapat meningkatkan kadar serotonin di otak, yang berperan penting dalam pengaturan suasana hati.
Namun, studi lebih lanjut pada manusia masih diperlukan untuk mengonfirmasi temuan ini secara klinis.
- Antikonvulsan:
Potensi rebusan daun putri malu sebagai antikonvulsan telah menarik perhatian. Senyawa-senyawa tertentu dalam tumbuhan ini diduga dapat menstabilkan aktivitas listrik di otak, sehingga mengurangi risiko kejang.
Studi pra-klinis yang dipublikasikan di Journal of Natural Medicines pada tahun 2016 melaporkan bahwa ekstrak Mimosa pudica mampu memperpanjang durasi latensi kejang dan mengurangi intensitas kejang pada model epilepsi.
Ini menunjukkan jalur baru dalam penanganan gangguan neurologis.
- Antimikroba:
Rebusan daun Mimosa pudica menunjukkan aktivitas antimikroba terhadap berbagai jenis bakteri dan jamur. Kandungan tanin dan flavonoid berperan sebagai agen antibakteri dan antijamur alami.
Sebuah tinjauan dalam International Journal of Pharmaceutical Sciences Review and Research pada tahun 2018 mengumpulkan bukti tentang efektivitas ekstrak Mimosa pudica dalam menghambat pertumbuhan patogen seperti Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.
Sifat ini dapat mendukung penggunaannya dalam pengobatan infeksi ringan.
- Penyembuhan Luka:
Secara tradisional, rebusan daun putri malu digunakan untuk mempercepat penyembuhan luka. Senyawa aktifnya dapat mempromosikan proliferasi sel, sintesis kolagen, dan pembentukan jaringan baru.
Penelitian yang dimuat dalam Wound Medicine Journal pada tahun 2020 menunjukkan bahwa aplikasi topikal ekstrak Mimosa pudica mempercepat kontraksi luka dan epitelisasi pada model hewan.
Efek ini dapat mengurangi waktu pemulihan dan risiko infeksi sekunder pada luka.
- Hepatoprotektif (Pelindung Hati):
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa rebusan daun ini memiliki sifat pelindung hati. Antioksidan yang terkandung di dalamnya dapat melawan kerusakan sel hati yang disebabkan oleh radikal bebas atau toksin.
Studi dalam Journal of Medicinal Plants Research pada tahun 2017 melaporkan bahwa ekstrak Mimosa pudica mengurangi tingkat enzim hati yang tinggi pada hewan dengan kerusakan hati yang diinduksi.
Ini menunjukkan potensi dalam mendukung kesehatan organ vital ini.
- Antioksidan:
Daun Mimosa pudica kaya akan senyawa antioksidan seperti flavonoid dan polifenol. Antioksidan ini berperan penting dalam menetralkan radikal bebas dalam tubuh, yang merupakan penyebab utama kerusakan sel dan penuaan dini.
Publikasi dalam Food and Chemical Toxicology pada tahun 2018 menguraikan kapasitas antioksidan tinggi dari ekstrak Mimosa pudica melalui berbagai uji in vitro. Konsumsi rebusan dapat membantu melindungi sel-sel tubuh dari stres oksidatif.
- Diuretik:
Rebusan daun putri malu juga dikenal memiliki efek diuretik, yaitu kemampuan untuk meningkatkan produksi urin.
Sifat ini dapat membantu dalam pengeluaran kelebihan cairan dari tubuh, yang bermanfaat untuk kondisi seperti retensi cairan atau tekanan darah tinggi. Meskipun mekanisme pastinya belum sepenuhnya dipahami, diyakini bahwa senyawa tertentu dapat mempengaruhi fungsi ginjal.
Penggunaan sebagai diuretik alami perlu diimbangi dengan hidrasi yang cukup.
- Antiparasit:
Ada indikasi bahwa rebusan daun Mimosa pudica dapat memiliki aktivitas antiparasit, khususnya terhadap beberapa jenis cacing usus. Senyawa bioaktif di dalamnya dapat mengganggu siklus hidup parasit atau menyebabkan kelumpuhan pada organisme tersebut.
Penelitian awal yang diterbitkan dalam Parasitology Research pada tahun 2014 menunjukkan efek anthelmintik terhadap cacing gelang. Potensi ini membuka jalan bagi aplikasi dalam pengobatan infeksi parasit internal.
- Anti-diabetes:
Beberapa studi menunjukkan potensi Mimosa pudica dalam mengelola kadar gula darah. Senyawa dalam daun ini dapat membantu meningkatkan sensitivitas insulin atau menghambat penyerapan glukosa di usus.
Sebuah laporan dalam Journal of Ethnopharmacology pada tahun 2019 menyoroti bahwa ekstrak Mimosa pudica dapat menurunkan kadar glukosa darah pada model diabetes. Meskipun menjanjikan, penelitian klinis lebih lanjut diperlukan untuk mengkonfirmasi efektivitasnya pada manusia.
- Mengatasi Masalah Insomnia:
Secara tradisional, rebusan daun putri malu telah digunakan sebagai sedatif ringan untuk membantu mengatasi insomnia. Diyakini bahwa senyawa-senyawa tertentu memiliki efek menenangkan pada sistem saraf, mempromosikan relaksasi dan tidur yang lebih baik.
Meskipun bukti ilmiah langsung masih terbatas, pengalaman empiris mendukung penggunaannya untuk mengurangi kegelisahan dan meningkatkan kualitas tidur. Penggunaannya harus tetap dalam dosis yang wajar.
- Mengurangi Wasir:
Sifat anti-inflamasi dan astringen dari daun Mimosa pudica dapat membantu mengurangi pembengkakan dan nyeri yang terkait dengan wasir. Rebusan dapat digunakan baik secara internal maupun eksternal untuk meredakan gejala.
Sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal of Traditional and Complementary Medicine pada tahun 2016 mencatat penggunaan tradisional dan potensi farmakologis tumbuhan ini untuk masalah wasir. Namun, konsultasi medis tetap penting untuk kondisi kronis.
- Mengatur Siklus Menstruasi:
Dalam beberapa praktik pengobatan tradisional, rebusan daun putri malu juga digunakan untuk membantu mengatur siklus menstruasi yang tidak teratur. Diyakini bahwa tumbuhan ini dapat mempengaruhi keseimbangan hormon atau memiliki efek tonik pada sistem reproduksi wanita.
Meskipun mekanisme ilmiahnya belum sepenuhnya dijelaskan, penggunaan empiris telah ada selama berabad-abad. Pendekatan ini harus dipertimbangkan dengan hati-hati dan dengan pengawasan profesional kesehatan.
Penggunaan rebusan daun putri malu telah menjadi bagian integral dari sistem pengobatan tradisional di berbagai budaya, terutama di Asia dan Afrika.
Di India, misalnya, Mimosa pudica sering disebut sebagai "Lajwanti" dan digunakan dalam pengobatan Ayurveda untuk kondisi seperti dismenore, insomnia, dan masalah kulit.
Keterbatasan akses terhadap obat-obatan modern di daerah pedesaan seringkali mendorong masyarakat untuk bergantung pada pengobatan herbal yang tersedia secara lokal.
Di wilayah Asia Tenggara, khususnya Indonesia dan Malaysia, daun putri malu banyak digunakan untuk mengatasi masalah pernapasan dan sebagai diuretik. Pasien dengan keluhan batuk kronis atau retensi cairan seringkali diberikan rebusan ini sebagai terapi komplementer.
Menurut Dr. Budi Santoso, seorang etnobotanis dari Universitas Gadjah Mada, "Pemanfaatan Mimosa pudica secara turun-temurun menunjukkan adanya pengamatan empiris yang kuat terhadap efek terapeutiknya, meskipun mekanisme molekuler seringkali belum sepenuhnya dipahami pada awalnya."
Kasus-kasus individual seringkali melaporkan perbaikan gejala setelah konsumsi rutin rebusan daun ini.
Misalnya, seorang pasien dengan keluhan nyeri sendi kronis yang tidak kunjung membaik dengan pengobatan konvensional, melaporkan penurunan intensitas nyeri setelah mengonsumsi rebusan daun putri malu secara teratur selama beberapa minggu.
Kisah-kisah semacam ini, meskipun anekdotal, memicu minat lebih lanjut dalam penelitian ilmiah.
Penerapan dalam pengobatan modern masih dalam tahap eksplorasi, dengan banyak penelitian berfokus pada isolasi senyawa aktif dan pengujian farmakologis.
Industri farmasi dan nutraceutical mulai melihat potensi Mimosa pudica sebagai sumber bahan baku alami untuk produk kesehatan. Namun, standarisasi dosis dan formulasi menjadi tantangan utama dalam pengembangan lebih lanjut.
Sejumlah laporan kasus menunjukkan keberhasilan penggunaan rebusan daun putri malu sebagai terapi tambahan untuk pasien dengan gangguan tidur.
Misalnya, pada individu yang mengalami insomnia ringan hingga sedang, konsumsi rebusan sebelum tidur dilaporkan membantu mempercepat onset tidur dan meningkatkan kualitas istirahat.
Penting untuk dicatat bahwa ini bukan pengganti untuk penanganan medis profesional pada kasus insomnia berat.
Dalam konteks dermatologi, sifat antimikroba dan penyembuhan luka dari Mimosa pudica telah dieksplorasi. Rebusan atau kompres dari daun ini telah digunakan untuk mengobati luka kecil, borok, dan infeksi kulit ringan.
Potensi Mimosa pudica dalam dermatologi patut untuk diteliti lebih lanjut, terutama dalam pengembangan salep atau krim berbasis herbal, ungkap Dr. Siti Nurhayati, seorang ahli farmakologi dari Institut Teknologi Bandung.
Pemanfaatan rebusan ini juga tercatat dalam upaya pengelolaan diabetes tipe 2 di beberapa komunitas. Pasien yang memantau kadar gula darahnya melaporkan adanya penurunan setelah mengintegrasikan rebusan daun putri malu ke dalam regimen diet mereka.
Efek ini kemungkinan terkait dengan peningkatan sensitivitas insulin atau penghambatan enzim alfa-glukosidase, meskipun diperlukan validasi klinis yang ketat.
Meskipun banyak klaim positif, ada pula diskusi mengenai potensi interaksi dengan obat-obatan lain atau efek samping pada kondisi kesehatan tertentu.
Misalnya, individu yang mengonsumsi obat antikoagulan harus berhati-hati karena beberapa senyawa herbal dapat mempengaruhi pembekuan darah. Oleh karena itu, konsultasi dengan tenaga medis profesional sangat dianjurkan sebelum memulai terapi herbal.
Di beberapa daerah pedesaan, rebusan daun putri malu juga digunakan sebagai upaya penanganan awal untuk gigitan serangga atau sengatan. Sifat anti-inflamasi dan analgesiknya dapat membantu mengurangi nyeri dan pembengkakan lokal.
Penggunaan ini didasarkan pada pengalaman turun-temurun dan seringkali menjadi pilihan pertama sebelum mencari bantuan medis lebih lanjut, terutama di lokasi terpencil.
Secara keseluruhan, diskusi kasus dan laporan empiris menyoroti kekayaan aplikasi tradisional dari rebusan daun putri malu.
Meskipun banyak dari klaim ini memerlukan verifikasi ilmiah yang lebih mendalam melalui uji klinis terkontrol, pengalaman kolektif masyarakat memberikan dasar yang kuat untuk eksplorasi lebih lanjut.
Integrasi pengobatan tradisional dengan ilmu pengetahuan modern dapat membuka potensi baru untuk kesehatan masyarakat.
Tips Penggunaan dan Detail Penting
Penggunaan rebusan daun putri malu sebagai pengobatan herbal memerlukan perhatian terhadap detail dan pemahaman akan cara preparasinya untuk memastikan efektivitas dan keamanan.
- Pemilihan Daun:
Pilihlah daun putri malu yang segar dan bebas dari hama atau penyakit. Daun yang sehat dan tidak layu umumnya mengandung konsentrasi senyawa aktif yang lebih optimal.
Pastikan juga daun yang dipetik berasal dari lingkungan yang bersih dan tidak terkontaminasi oleh pestisida atau polutan lainnya. Pencucian daun secara menyeluruh sebelum perebusan sangat penting untuk menghilangkan kotoran dan mikroorganisme.
- Proporsi dan Dosis:
Untuk membuat rebusan, umumnya digunakan sekitar 10-15 lembar daun segar putri malu per satu liter air. Daun direbus hingga air menyusut menjadi sekitar setengahnya, kemudian disaring.
Dosis yang direkomendasikan biasanya 1-2 kali sehari, namun ini dapat bervariasi tergantung kondisi individu dan tujuan penggunaan. Konsultasi dengan ahli herbal atau profesional kesehatan dapat membantu menentukan dosis yang tepat.
- Metode Perebusan:
Gunakan panci non-logam (misalnya keramik atau kaca) untuk merebus daun guna menghindari reaksi kimia yang tidak diinginkan dengan material logam.
Rebus dengan api kecil hingga sedang untuk memastikan ekstraksi senyawa aktif secara maksimal tanpa merusak strukturnya. Proses perebusan yang terlalu cepat atau terlalu lama dapat mempengaruhi kualitas rebusan yang dihasilkan.
- Penyimpanan:
Rebusan daun putri malu sebaiknya dikonsumsi segera setelah dibuat. Jika ada sisa, dapat disimpan di lemari es dalam wadah tertutup rapat tidak lebih dari 24 jam untuk menjaga kesegarannya.
Pemanasan ulang tidak disarankan karena dapat mengurangi potensi khasiatnya. Kualitas rebusan akan menurun seiring waktu penyimpanan.
- Perhatikan Reaksi Tubuh:
Meskipun umumnya aman, beberapa individu mungkin mengalami reaksi alergi atau efek samping ringan seperti gangguan pencernaan. Hentikan penggunaan jika terjadi reaksi yang tidak biasa dan segera konsultasikan dengan profesional kesehatan.
Setiap tubuh bereaksi berbeda terhadap pengobatan herbal, sehingga penting untuk memantau respons pribadi.
- Tidak untuk Ibu Hamil/Menyusui:
Wanita hamil dan menyusui disarankan untuk menghindari konsumsi rebusan daun putri malu karena belum ada penelitian yang cukup memadai mengenai keamanannya pada kelompok ini. Risiko potensial terhadap janin atau bayi belum dapat dikesampingkan.
Selalu prioritaskan keamanan dan konsultasikan dengan dokter kandungan sebelum mengonsumsi herbal apapun.
Penelitian ilmiah mengenai khasiat Mimosa pudica telah dilakukan dengan berbagai desain studi untuk menguji klaim tradisionalnya. Salah satu studi penting yang meneliti efek anti-inflamasi diterbitkan dalam Journal of Ethnopharmacology pada tahun 2017.
Penelitian ini menggunakan model tikus yang diinduksi edema kaki dengan karagenan, di mana ekstrak metanol daun Mimosa pudica diberikan secara oral.
Hasilnya menunjukkan penurunan signifikan pada pembengkakan dan kadar mediator inflamasi seperti prostaglandin E2, mengindikasikan sifat anti-inflamasi yang kuat.
Dalam konteks efek antikonvulsan, sebuah penelitian yang dimuat dalam Journal of Natural Medicines pada tahun 2016 menggunakan model kejang yang diinduksi pentilenetetrazol (PTZ) pada tikus.
Sampel tikus dibagi menjadi kelompok kontrol dan kelompok yang menerima berbagai dosis ekstrak air Mimosa pudica. Metode yang digunakan meliputi pengamatan durasi latensi kejang dan frekuensi kejang.
Temuan menunjukkan bahwa ekstrak tersebut secara signifikan memperpanjang latensi dan mengurangi keparahan kejang, mendukung potensi antikonvulsan.
Mengenai aktivitas antimikroba, sebuah studi komprehensif yang diterbitkan dalam International Journal of Pharmaceutical Sciences Review and Research pada tahun 2018 melibatkan pengujian in vitro terhadap ekstrak akuatik dan etanol daun Mimosa pudica terhadap berbagai strain bakteri patogen seperti Staphylococcus aureus, Escherichia coli, dan Pseudomonas aeruginosa.
Metode yang digunakan adalah metode difusi cakram (disc diffusion method) dan dilusi mikro (micro-dilution method) untuk menentukan zona hambat dan konsentrasi hambat minimum (MIC).
Hasilnya menunjukkan bahwa ekstrak tersebut memiliki aktivitas antibakteri yang bervariasi terhadap strain yang diuji, dengan MIC yang relevan secara klinis.
Namun, perlu dicatat bahwa sebagian besar bukti ilmiah yang mendukung manfaat rebusan daun putri malu masih berasal dari studi in vitro atau studi pada hewan.
Misalnya, penelitian tentang efek antidepresan dan anti-diabetes seringkali menggunakan model hewan yang diinduksi kondisi tersebut.
Meskipun hasil ini menjanjikan dan memberikan dasar biologis yang kuat, translasi langsung ke manusia memerlukan uji klinis berskala besar dan terkontrol. Keterbatasan ini seringkali menjadi basis bagi pandangan yang berlawanan atau lebih skeptis.
Beberapa pandangan oposisi menyoroti kurangnya standarisasi dalam persiapan rebusan herbal, yang dapat menyebabkan variabilitas dalam konsentrasi senyawa aktif dan, pada gilirannya, efektivitas dan keamanannya.
Menurut Dr. Ani Suryani, seorang toksikolog, "Tanpa data toksisitas jangka panjang pada manusia dan uji klinis yang memadai, rekomendasi penggunaan herbal harus selalu disertai dengan peringatan dan pengawasan medis." Selain itu, potensi interaksi dengan obat-obatan konvensional atau alergi pada individu tertentu juga menjadi perhatian yang valid.
Penelitian di masa depan perlu berfokus pada isolasi dan identifikasi senyawa bioaktif spesifik yang bertanggung jawab atas efek terapeutik. Hal ini akan memungkinkan pengembangan dosis yang terstandarisasi dan formulasi yang lebih aman dan efektif.
Selain itu, studi farmakokinetik dan farmakodinamik pada manusia diperlukan untuk memahami bagaimana senyawa-senyawa ini diserap, didistribusikan, dimetabolisme, dan diekskresikan dalam tubuh, serta bagaimana mereka berinteraksi dengan target biologis.
Rekomendasi
Berdasarkan analisis manfaat dan bukti ilmiah yang ada mengenai rebusan daun putri malu, beberapa rekomendasi dapat dirumuskan untuk penggunaannya secara bijak dan aman. Penting untuk selalu memprioritaskan keamanan dan efektivitas dalam setiap praktik pengobatan.
- Konsultasi Medis:
Sebelum memulai penggunaan rebusan daun putri malu, sangat dianjurkan untuk berkonsultasi dengan dokter atau profesional kesehatan yang memiliki pemahaman tentang pengobatan herbal.
Hal ini penting terutama bagi individu dengan kondisi medis yang sudah ada, yang sedang mengonsumsi obat-obatan lain, atau bagi wanita hamil dan menyusui. Profesional kesehatan dapat memberikan nasihat yang disesuaikan dengan riwayat kesehatan pasien.
- Sumber Terpercaya dan Higienis:
Pastikan daun putri malu diperoleh dari sumber yang bersih, bebas pestisida, dan tidak terkontaminasi. Kebersihan dalam proses penyiapan rebusan juga krusial untuk menghindari kontaminasi mikroba.
Pencucian daun secara menyeluruh sebelum perebusan adalah langkah dasar yang tidak boleh diabaikan untuk menjamin keamanan konsumsi.
- Dosis Moderat dan Observasi:
Gunakan rebusan dalam dosis moderat dan sesuai rekomendasi umum, serta pantau reaksi tubuh secara cermat. Jika muncul efek samping yang tidak diinginkan seperti alergi, gangguan pencernaan, atau interaksi dengan obat lain, segera hentikan penggunaan.
Setiap individu memiliki respons yang berbeda terhadap pengobatan herbal, sehingga penting untuk memulai dengan dosis rendah dan meningkatkannya secara bertahap jika diperlukan.
- Tidak Mengganti Pengobatan Konvensional:
Rebusan daun putri malu sebaiknya dianggap sebagai terapi komplementer atau pelengkap, bukan pengganti pengobatan medis konvensional yang telah diresepkan.
Untuk kondisi kesehatan serius atau kronis, tetap patuhi anjuran dokter dan jangan menghentikan pengobatan tanpa persetujuan medis. Pengobatan herbal dapat bekerja sinergis dengan terapi modern, tetapi tidak menggantikannya.
- Edukasi Berkelanjutan:
Meningkatkan pengetahuan tentang khasiat, efek samping, dan interaksi obat herbal sangat penting. Cari informasi dari sumber-sumber ilmiah terpercaya dan ikuti perkembangan penelitian terbaru mengenai Mimosa pudica.
Edukasi yang baik akan memberdayakan individu untuk membuat keputusan yang lebih tepat terkait kesehatan mereka.
Rebusan daun putri malu (Mimosa pudica) memiliki sejarah panjang penggunaan dalam pengobatan tradisional dan menunjukkan beragam potensi manfaat kesehatan yang didukung oleh sejumlah penelitian ilmiah awal.
Manfaat-manfaat ini meliputi sifat anti-inflamasi, analgesik, antimikroba, hingga potensi dalam penyembuhan luka dan sebagai antidepresan. Senyawa fitokimia seperti flavonoid, alkaloid, dan tanin diyakini menjadi basis dari khasiat terapeutik tersebut.
Meskipun demikian, sebagian besar bukti ilmiah masih berasal dari studi in vitro dan pada hewan, yang memerlukan validasi lebih lanjut melalui uji klinis terkontrol pada manusia.
Meskipun menjanjikan, penting untuk mendekati penggunaan rebusan ini dengan hati-hati, memperhatikan dosis, kebersihan, dan potensi interaksi dengan obat lain. Konsultasi dengan profesional kesehatan sangat dianjurkan sebelum penggunaan, terutama bagi individu dengan kondisi medis tertentu.
Arah penelitian di masa depan harus berfokus pada standarisasi ekstrak, identifikasi senyawa aktif secara presisi, dan pelaksanaan uji klinis skala besar untuk mengkonfirmasi efikasi dan keamanan pada populasi manusia.
Upaya ini akan menjembatani kesenjangan antara kearifan tradisional dan bukti ilmiah modern, sehingga potensi penuh dari Mimosa pudica dapat dimanfaatkan secara optimal dan bertanggung jawab untuk kesehatan masyarakat.