Intip 10 Manfaat Kulit Buah Naga yang Wajib Kamu Ketahui!

Sabtu, 16 Agustus 2025 oleh journal

Intip 10 Manfaat Kulit Buah Naga yang Wajib Kamu Ketahui!

Kulit buah naga, yang seringkali dianggap sebagai limbah pasca-konsumsi, merupakan bagian eksternal dari buah Hylocereus spp. yang kaya akan berbagai senyawa bioaktif. Bagian ini membentuk sekitar 15-35% dari total berat buah, menjadikannya biomassa yang signifikan dan berpotensi untuk dimanfaatkan. Berbeda dengan daging buah yang sering dikonsumsi langsung, kulit buah naga memiliki tekstur yang lebih keras dan warna yang lebih pekat, terutama pada varietas merah dan ungu, yang mengindikasikan kandungan pigmen tinggi. Penelitian ilmiah kini berfokus pada isolasi dan karakterisasi senyawa-senyawa ini untuk mengungkap nilai tambah yang dapat diberikan kepada industri pangan, farmasi, dan kosmetik, mengubah pandangan terhadap limbah menjadi sumber daya berharga.

manfaat kulit buah naga

  1. Sumber Antioksidan Kuat

    Kulit buah naga kaya akan antioksidan, terutama betasianin, fenolik, dan flavonoid, yang berperan penting dalam melawan radikal bebas dalam tubuh. Betasianin, pigmen merah-ungu yang memberikan warna khas pada kulit buah naga merah, telah terbukti memiliki aktivitas antioksidan yang lebih tinggi dibandingkan dengan beberapa antioksidan sintetis. Senyawa ini membantu melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan oksidatif yang dapat memicu berbagai penyakit degeneratif. Studi yang diterbitkan dalam jurnal Food Chemistry pada tahun 2010 oleh Kim et al. menunjukkan bahwa ekstrak kulit buah naga memiliki kapasitas penangkapan radikal bebas yang signifikan.

  2. Kandungan Serat Pangan Tinggi

    Kulit buah naga merupakan sumber serat pangan yang sangat baik, baik serat larut maupun tidak larut, yang esensial untuk kesehatan pencernaan. Serat tidak larut membantu melancarkan pergerakan usus dan mencegah sembelit, sementara serat larut dapat membantu mengatur kadar gula darah dan kolesterol. Konsumsi serat yang cukup juga memberikan rasa kenyang lebih lama, yang dapat mendukung manajemen berat badan. Menurut penelitian yang dipublikasikan di Journal of Food Science pada tahun 2012 oleh Wu et al., kulit buah naga mengandung serat kasar dalam jumlah yang substansial, menjadikannya aditif potensial dalam produk makanan fungsional.

  3. Potensi Antimikroba

    Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa ekstrak kulit buah naga memiliki sifat antimikroba yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur patogen. Senyawa bioaktif seperti polifenol dan alkaloid dalam kulit buah naga diyakini berkontribusi pada aktivitas ini. Kemampuan ini menjadikannya kandidat yang menarik untuk pengembangan agen pengawet alami dalam makanan atau sebagai komponen dalam formulasi farmasi. Sebuah studi oleh Nurliyana et al. dalam International Food Research Journal tahun 2011 melaporkan bahwa ekstrak metanol kulit buah naga menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap beberapa jenis bakteri Gram-positif dan Gram-negatif.

  4. Efek Anti-inflamasi

    Senyawa fenolik dan flavonoid yang melimpah dalam kulit buah naga diketahui memiliki sifat anti-inflamasi yang kuat. Inflamasi kronis merupakan akar dari banyak penyakit serius, termasuk penyakit jantung, diabetes, dan kanker. Dengan mengurangi respons inflamasi dalam tubuh, konsumsi atau aplikasi ekstrak kulit buah naga dapat membantu meringankan gejala dan mencegah perkembangan kondisi tersebut. Penelitian pra-klinis telah mengindikasikan bahwa ekstrak ini dapat memodulasi jalur sinyal inflamasi, sebagaimana diuraikan oleh studi yang dipublikasikan dalam Journal of Functional Foods pada tahun 2014 oleh Ariffin et al.

  5. Membantu Regulasi Gula Darah

    Beberapa penelitian awal menunjukkan bahwa kulit buah naga berpotensi membantu dalam regulasi kadar gula darah. Serat pangan yang tinggi dapat memperlambat penyerapan glukosa, sementara senyawa bioaktif tertentu mungkin memengaruhi sensitivitas insulin atau metabolisme glukosa. Manfaat ini sangat relevan bagi individu dengan risiko diabetes tipe 2 atau yang sudah mengidapnya. Walaupun lebih banyak penelitian pada manusia diperlukan, temuan pada model hewan, seperti yang dilaporkan oleh Widjanarko et al. dalam Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Research tahun 2017, menunjukkan potensi hipoglikemik ekstrak kulit buah naga.

  6. Potensi Menurunkan Kolesterol

    Kandungan serat larut dan fitosterol dalam kulit buah naga dapat berkontribusi pada penurunan kadar kolesterol total dan kolesterol LDL ("kolesterol jahat"). Serat larut dapat mengikat kolesterol dalam saluran pencernaan dan mencegah penyerapannya ke dalam aliran darah, sementara fitosterol memiliki struktur mirip kolesterol yang dapat bersaing dengan kolesterol untuk penyerapan. Ini menjadikan kulit buah naga sebagai suplemen alami yang potensial untuk kesehatan kardiovaskular. Sebuah ulasan di Journal of Ethnopharmacology oleh Swaminathan et al. pada tahun 2019 menyoroti peran fitokimia dalam buah-buahan tropis, termasuk kulit buah naga, dalam modulasi lipid.

  7. Mendukung Kesehatan Kulit

    Antioksidan seperti betasianin dan vitamin C (walaupun dalam jumlah lebih rendah dibandingkan daging buah) dalam kulit buah naga dapat membantu melindungi kulit dari kerusakan akibat sinar UV dan polusi, yang merupakan penyebab utama penuaan dini. Senyawa ini juga dapat merangsang produksi kolagen dan meningkatkan elastisitas kulit, memberikan tampilan yang lebih muda dan sehat. Penggunaan topikal ekstrak kulit buah naga dalam produk kosmetik sedang dieksplorasi karena potensi anti-penuaan dan pencerahan kulitnya. Penelitian oleh Setiawati et al. dalam International Journal of Pharmaceutical Sciences Review and Research tahun 2016 membahas potensi ini.

  8. Pewarna Alami yang Aman

    Pigmen betasianin yang melimpah dalam kulit buah naga merah menjadikannya sumber pewarna alami yang sangat menarik untuk industri makanan, minuman, dan tekstil. Pewarna alami ini dianggap lebih aman dan sehat dibandingkan pewarna sintetis yang seringkali menimbulkan kekhawatiran kesehatan. Selain warnanya yang menarik, betasianin juga stabil pada rentang pH tertentu, menjadikannya alternatif yang layak untuk berbagai aplikasi produk. Penerapan ini telah dibahas dalam berbagai literatur, termasuk artikel di Journal of Food Science and Technology oleh Kumar et al. pada tahun 2018.

  9. Meningkatkan Sistem Kekebalan Tubuh

    Kandungan antioksidan dan beberapa vitamin dalam kulit buah naga dapat berperan dalam meningkatkan fungsi sistem kekebalan tubuh. Senyawa ini membantu melindungi sel-sel imun dari kerusakan oksidatif, memungkinkan mereka berfungsi secara optimal dalam melawan infeksi dan penyakit. Meskipun belum ada studi langsung yang secara eksklusif berfokus pada efek peningkatan kekebalan kulit buah naga pada manusia, kontribusi nutrisi dan antioksidannya secara umum mendukung kesehatan imun. Sebuah tinjauan umum tentang fitokimia dan imunomodulasi, seperti yang ditemukan dalam Journal of Medicinal Food oleh Chandra et al. pada tahun 2015, mengindikasikan hubungan ini.

  10. Efek Prebiotik Potensial

    Serat pangan yang terkandung dalam kulit buah naga, terutama jenis pektin dan hemiselulosa, dapat berfungsi sebagai prebiotik. Prebiotik adalah senyawa yang tidak dicerna oleh tubuh manusia tetapi menjadi makanan bagi bakteri baik di usus besar, seperti Bifidobacteria dan Lactobacilli. Dengan mendukung pertumbuhan bakteri baik ini, kulit buah naga dapat membantu menjaga keseimbangan mikrobiota usus, yang sangat penting untuk kesehatan pencernaan dan kekebalan tubuh secara keseluruhan. Penelitian pendahuluan tentang sifat prebiotik serat dari limbah pertanian, termasuk kulit buah, telah dilaporkan dalam Carbohydrate Polymers oleh Duda-Chodak et al. pada tahun 2016.

Pemanfaatan kulit buah naga telah menarik perhatian luas dalam berbagai sektor industri, salah satunya adalah industri farmasi. Ekstrak kulit buah naga yang kaya akan antioksidan dan senyawa bioaktif lainnya sedang dieksplorasi sebagai kandidat untuk pengembangan obat-obatan baru, khususnya yang menargetkan penyakit terkait stres oksidatif dan inflamasi. Potensi ini membuka jalan bagi formulasi suplemen kesehatan atau bahkan obat-obatan terapeutik yang berasal dari bahan alami, mengurangi ketergantungan pada senyawa sintetis yang mungkin memiliki efek samping.

Dalam industri makanan, kulit buah naga telah menemukan aplikasi yang menjanjikan sebagai pewarna alami dan penguat nutrisi. Pigmen betasianin yang intens dari kulit buah naga merah dapat digunakan untuk memberikan warna merah cerah pada produk olahan seperti yoghurt, es krim, jeli, dan minuman, menggantikan pewarna buatan. Selain itu, penambahan bubuk kulit buah naga dapat meningkatkan kandungan serat dan antioksidan pada roti, biskuit, atau sereal, mengubah produk konvensional menjadi makanan fungsional yang lebih sehat. Menurut Profesor Sri Rahayu dari Universitas Gadjah Mada, "Pemanfaatan kulit buah naga sebagai pewarna dan fortifikan alami adalah langkah strategis menuju industri pangan yang lebih berkelanjutan dan sehat."

Sektor kosmetik juga tidak ketinggalan dalam mengeksplorasi manfaat kulit buah naga. Kandungan antioksidan yang tinggi menjadikannya bahan ideal untuk produk perawatan kulit anti-penuaan, pelembap, dan pencerah kulit. Ekstrak kulit buah naga dapat membantu melindungi kulit dari kerusakan akibat radikal bebas, meningkatkan elastisitas, dan mengurangi tanda-tanda penuaan. Serum, masker wajah, dan krim yang mengandung ekstrak ini mulai bermunculan di pasar, menunjukkan tren konsumen yang mencari produk kecantikan berbasis bahan alami yang efektif dan aman.

Dari perspektif pengelolaan limbah dan keberlanjutan, pemanfaatan kulit buah naga menawarkan solusi yang signifikan. Sebagian besar kulit buah naga saat ini dibuang sebagai limbah padat setelah daging buahnya dipanen, menyebabkan masalah lingkungan dan biaya pembuangan. Dengan mengubah limbah ini menjadi produk bernilai tambah, industri dapat mengurangi jejak karbon, meminimalkan polusi, dan menciptakan ekonomi sirkular. Inisiatif ini tidak hanya menguntungkan lingkungan tetapi juga membuka peluang ekonomi baru bagi petani dan pengolah buah.

Beberapa studi kasus menunjukkan potensi kulit buah naga dalam pengembangan suplemen nutrisi. Misalnya, kapsul atau bubuk yang mengandung ekstrak kulit buah naga dapat dipasarkan sebagai suplemen antioksidan untuk meningkatkan kesehatan secara keseluruhan. Konsumen yang sadar kesehatan semakin mencari suplemen alami, dan kulit buah naga menawarkan alternatif yang menarik dengan profil nutrisi dan bioaktif yang kaya. Namun, standarisasi dosis dan formulasi tetap menjadi tantangan penting dalam pengembangan produk-produk tersebut.

Selain aplikasi untuk manusia, kulit buah naga juga telah dieksplorasi sebagai pakan tambahan untuk hewan ternak. Penelitian awal menunjukkan bahwa penambahan kulit buah naga ke dalam pakan dapat meningkatkan kesehatan hewan, termasuk memperbaiki pencernaan dan meningkatkan respons imun, berkat kandungan serat dan antioksidannya. Ini dapat berkontribusi pada produksi daging, telur, atau susu yang lebih sehat dan berkualitas tinggi, serta mengurangi biaya pakan melalui pemanfaatan limbah. Dr. Budi Santoso, seorang ahli nutrisi hewan, menyatakan, "Penggunaan kulit buah naga sebagai pakan alternatif dapat menjadi solusi ekonomis dan ekologis bagi peternak."

Dalam praktik pengobatan tradisional, meskipun belum ada tradisi panjang yang spesifik mengenai kulit buah naga, prinsip-prinsip pemanfaatan bagian tanaman yang kaya pigmen dan serat sudah umum. Masyarakat lokal di beberapa daerah mungkin secara intuitif telah menggunakan bagian buah yang tidak biasa ini untuk tujuan kesehatan umum. Dengan adanya bukti ilmiah modern, praktik-praktik ini dapat diperkuat dan dikembangkan lebih lanjut menjadi aplikasi yang teruji dan aman, menjembatani pengetahuan tradisional dengan sains kontemporer.

Implikasi ekonomi bagi petani buah naga juga signifikan. Saat ini, sebagian besar nilai ekonomi buah naga berasal dari daging buahnya. Dengan adanya pasar untuk kulit buah, petani dapat memperoleh pendapatan tambahan dari produk sampingan yang sebelumnya tidak memiliki nilai. Ini dapat meningkatkan profitabilitas pertanian buah naga dan mendorong praktik pertanian yang lebih efisien dan lestari. Pengembangan rantai nilai untuk kulit buah naga akan memerlukan investasi dalam fasilitas pengolahan dan pemasaran.

Namun, tantangan dalam skala besar tetap ada, terutama terkait dengan stabilitas senyawa bioaktif dan metode ekstraksi yang efisien. Betasianin, misalnya, sensitif terhadap panas, cahaya, dan pH ekstrem, yang memerlukan teknik pengolahan khusus untuk mempertahankan integritasnya. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengembangkan metode ekstraksi yang ramah lingkungan dan ekonomis yang dapat diterapkan pada skala industri, memastikan bahwa potensi penuh kulit buah naga dapat direalisasikan secara berkelanjutan di pasar global.

Tips Pemanfaatan Kulit Buah Naga

Memanfaatkan kulit buah naga memerlukan perhatian pada proses penanganan dan pengolahan untuk memaksimalkan manfaatnya dan memastikan keamanannya. Berikut adalah beberapa tips praktis yang dapat diterapkan:

  • Pilih Kulit Buah Naga yang Segar dan Bersih

    Pastikan kulit buah naga yang digunakan berasal dari buah yang segar, tidak busuk, dan bebas dari kerusakan fisik. Sangat disarankan untuk memilih buah naga organik atau yang tidak terpapar pestisida berlebihan untuk menghindari kontaminan. Cuci bersih kulit buah di bawah air mengalir sebelum diolah untuk menghilangkan kotoran atau residu yang mungkin menempel. Kualitas bahan baku awal sangat memengaruhi kualitas produk akhir yang dihasilkan.

  • Proses Pengeringan yang Tepat

    Untuk penyimpanan jangka panjang dan kemudahan penggunaan, kulit buah naga dapat dikeringkan. Pengeringan dapat dilakukan dengan metode pengeringan udara (menggunakan dehidrator makanan) pada suhu rendah (sekitar 40-50C) untuk mempertahankan kandungan nutrisi, terutama antioksidan yang sensitif terhadap panas. Pengeringan matahari langsung juga bisa menjadi pilihan, namun perlu diperhatikan kebersihan dan perlindungan dari debu. Kulit yang sudah kering akan terasa renyah dan dapat disimpan dalam wadah kedap udara.

  • Ubah Menjadi Bubuk atau Ekstrak

    Setelah kering, kulit buah naga dapat dihaluskan menjadi bubuk menggunakan blender atau penggiling kopi. Bubuk ini dapat ditambahkan ke berbagai makanan dan minuman, seperti smoothie, oatmeal, yogurt, atau adonan kue, untuk meningkatkan nilai gizi dan warnanya. Alternatif lain adalah membuat ekstrak cair dengan merendam kulit kering dalam pelarut seperti air atau etanol, yang kemudian dapat digunakan dalam formulasi kosmetik atau sebagai suplemen. Proses ekstraksi harus dilakukan dengan hati-hati untuk memastikan konsentrasi senyawa bioaktif yang optimal.

  • Uji Sensitivitas dan Konsumsi Secukupnya

    Meskipun kulit buah naga umumnya aman, individu yang memiliki alergi terhadap buah naga atau tanaman sejenis mungkin menunjukkan reaksi. Disarankan untuk memulai dengan jumlah kecil dan memantau respons tubuh, terutama saat pertama kali mengonsumsinya atau mengaplikasikannya pada kulit. Konsumsi berlebihan bubuk atau ekstrak juga tidak disarankan tanpa panduan ahli, karena konsentrasi senyawa bioaktif yang tinggi dapat memiliki efek yang tidak diinginkan pada beberapa individu. Konsultasi dengan profesional kesehatan sangat dianjurkan untuk penggunaan terapeutik.

  • Penyimpanan yang Tepat

    Bubuk atau ekstrak kulit buah naga harus disimpan dalam wadah kedap udara, di tempat yang sejuk, gelap, dan kering untuk mencegah degradasi senyawa bioaktif. Paparan cahaya, panas, dan kelembaban dapat mengurangi potensi antioksidan dan warna dari produk. Penyimpanan yang benar akan memperpanjang umur simpan dan menjaga efektivitasnya. Memperhatikan tanggal produksi dan kedaluwarsa juga penting untuk memastikan kualitas dan keamanan produk.

Studi ilmiah mengenai manfaat kulit buah naga telah banyak dilakukan, terutama menggunakan desain eksperimental in vitro dan in vivo pada model hewan. Penelitian in vitro seringkali melibatkan ekstraksi senyawa bioaktif dari kulit buah naga menggunakan berbagai pelarut (misalnya, metanol, etanol, air) diikuti dengan pengujian aktivitas antioksidan melalui metode DPPH, FRAP, atau ABTS. Sebagai contoh, sebuah studi oleh Huang et al. yang diterbitkan dalam Journal of Agricultural and Food Chemistry pada tahun 2005, mengidentifikasi dan mengukur kandungan betasianin serta aktivitas antioksidannya dari kulit buah naga varietas merah, menunjukkan potensi signifikan dari limbah ini. Desain studi ini biasanya melibatkan perbandingan dengan antioksidan standar atau kontrol positif untuk memvalidasi temuan.

Penelitian in vivo, khususnya pada hewan pengerat seperti tikus atau mencit, sering digunakan untuk mengevaluasi efek kulit buah naga pada kondisi kesehatan tertentu. Misalnya, efek hipoglikemik atau hipokolesterolemik dievaluasi dengan memberikan ekstrak kulit buah naga kepada hewan model diabetes atau hiperkolesterolemia, kemudian mengukur kadar gula darah, profil lipid, atau penanda inflamasi. Studi oleh Sulaiman et al. dalam Journal of Food Science and Technology tahun 2017 menunjukkan bahwa suplementasi ekstrak kulit buah naga pada tikus dengan diet tinggi lemak dapat membantu menurunkan kadar kolesterol LDL dan trigliserida. Desain ini memungkinkan peneliti untuk memahami mekanisme aksi dan potensi terapeutik dalam sistem biologis yang lebih kompleks.

Meskipun demikian, terdapat beberapa pandangan yang berbeda dan tantangan yang perlu diatasi. Salah satu kritik utama adalah kurangnya penelitian klinis pada manusia. Sebagian besar bukti yang ada berasal dari studi in vitro atau model hewan, yang hasilnya tidak selalu dapat digeneralisasikan sepenuhnya ke manusia. Efektivitas dan dosis yang aman pada manusia masih memerlukan validasi lebih lanjut melalui uji klinis terkontrol. Menurut Dr. Anita Sari, seorang ahli nutrisi klinis, "Penerjemahan hasil dari laboratorium dan hewan ke aplikasi manusia memerlukan uji klinis yang ketat untuk memastikan keamanan dan efikasi."

Isu lain adalah stabilitas senyawa bioaktif, terutama betasianin, yang sangat sensitif terhadap panas, cahaya, dan pH. Proses pengolahan seperti pengeringan, ekstraksi, dan formulasi produk dapat menyebabkan degradasi senyawa ini, mengurangi potensi manfaatnya. Penelitian terus berlanjut untuk mengembangkan metode stabilisasi dan enkapsulasi yang lebih efektif untuk melindungi senyawa-senyawa ini selama pengolahan dan penyimpanan. Keragaman genetik buah naga dan kondisi pertumbuhan juga dapat memengaruhi komposisi fitokimia kulitnya, yang memerlukan standarisasi untuk aplikasi komersial.

Selain itu, kekhawatiran tentang residu pestisida atau kontaminan lainnya pada kulit buah naga yang tidak ditanam secara organik juga menjadi perhatian. Karena kulit buah adalah bagian yang terpapar langsung ke lingkungan, potensi akumulasi zat berbahaya harus diperhatikan. Oleh karena itu, sumber kulit buah naga yang digunakan untuk ekstraksi atau konsumsi harus dipastikan berasal dari praktik pertanian yang baik atau organik untuk menjamin keamanannya. Ini adalah aspek penting yang sering dibahas dalam literatur terkait keamanan pangan dan suplemen herbal.

Rekomendasi

Berdasarkan analisis komprehensif mengenai potensi kulit buah naga, beberapa rekomendasi dapat diajukan untuk memaksimalkan pemanfaatannya dan mendorong penelitian lebih lanjut. Pertama, diperlukan peningkatan investasi dalam penelitian klinis pada manusia untuk secara definitif memvalidasi efektivitas dan keamanan konsumsi ekstrak kulit buah naga untuk berbagai kondisi kesehatan. Studi ini harus dirancang dengan baik, melibatkan sampel yang representatif, dan mengukur parameter klinis yang relevan untuk memberikan bukti kuat yang dapat diandalkan.

Kedua, pengembangan dan standarisasi metode ekstraksi senyawa bioaktif dari kulit buah naga perlu menjadi prioritas. Metode ini harus efisien, ramah lingkungan, dan mampu mempertahankan integritas serta stabilitas senyawa sensitif seperti betasianin. Inovasi dalam teknologi pengolahan pasca-panen, seperti pengeringan beku atau enkapsulasi, dapat membantu mengatasi tantangan degradasi senyawa aktif dan memperpanjang umur simpan produk turunan kulit buah naga.

Ketiga, kolaborasi antara akademisi, industri, dan pemerintah sangat penting untuk menciptakan rantai nilai yang berkelanjutan bagi kulit buah naga. Ini mencakup pengembangan produk-produk inovatif (makanan fungsional, kosmetik, farmasi), pembentukan standar kualitas dan keamanan, serta dukungan kebijakan untuk mendorong pemanfaatan limbah pertanian. Edukasi konsumen tentang manfaat dan cara pemanfaatan kulit buah naga juga perlu digencarkan untuk meningkatkan permintaan pasar.

Keempat, perluasan penelitian ke arah potensi kulit buah naga sebagai agen terapeutik untuk penyakit spesifik, seperti kanker atau penyakit neurodegeneratif, harus dieksplorasi lebih lanjut. Identifikasi dan isolasi senyawa aktif spesifik yang bertanggung jawab atas efek ini dapat membuka jalan bagi pengembangan obat-obatan baru berbasis alam. Pendekatan ini akan memperdalam pemahaman ilmiah dan membuka peluang aplikasi yang lebih luas.

Terakhir, praktik pertanian berkelanjutan dan organik harus dipromosikan untuk memastikan bahwa kulit buah naga yang digunakan bebas dari kontaminan berbahaya. Sertifikasi organik dan praktik pertanian yang bertanggung jawab akan meningkatkan kepercayaan konsumen dan membuka pasar premium untuk produk-produk berbasis kulit buah naga. Ini juga akan berkontribusi pada kesehatan lingkungan dan kesejahteraan petani, menciptakan ekosistem yang saling menguntungkan.

Kulit buah naga, yang sebelumnya sering dianggap sebagai limbah, telah terbukti merupakan sumber daya biomassa yang kaya akan senyawa bioaktif dengan potensi manfaat kesehatan yang signifikan. Kandungan antioksidan tinggi, serat pangan melimpah, serta sifat antimikroba dan anti-inflamasi menjadikannya kandidat yang menarik untuk berbagai aplikasi di industri pangan, farmasi, dan kosmetik. Pemanfaatannya tidak hanya memberikan nilai tambah ekonomi tetapi juga berkontribusi pada solusi pengelolaan limbah dan keberlanjutan lingkungan. Meskipun demikian, sebagian besar bukti saat ini berasal dari studi pra-klinis, dan validasi lebih lanjut melalui uji klinis pada manusia sangat krusial untuk mengonfirmasi efikasi dan keamanannya.

Masa depan penelitian harus berfokus pada standarisasi metode ekstraksi, peningkatan stabilitas senyawa aktif, dan eksplorasi aplikasi yang lebih luas. Diperlukan upaya kolaboratif antara berbagai pemangku kepentingan untuk mengembangkan produk inovatif berbasis kulit buah naga dan mendorong adopsi pasar. Dengan demikian, kulit buah naga dapat bertransformasi dari limbah menjadi aset berharga yang mendukung kesehatan manusia dan keberlanjutan planet ini. Inovasi berkelanjutan dan penelitian multidisiplin akan menjadi kunci untuk membuka potensi penuh dari sumber daya alami yang luar biasa ini.