Temukan 11 Manfaat Daun Keji Beling & Kumis Kucing yang Bikin Kamu Penasaran

Jumat, 12 September 2025 oleh journal

Temukan 11 Manfaat Daun Keji Beling & Kumis Kucing yang Bikin Kamu Penasaran

Dua jenis tanaman herbal yang telah lama dikenal dan dimanfaatkan dalam pengobatan tradisional di Asia Tenggara, khususnya Indonesia, adalah Strobilanthes crispus dan Orthosiphon aristatus.

Tanaman-tanaman ini secara lokal dikenal dengan nama keji beling dan kumis kucing. Penggunaan kedua herbal ini telah diwariskan secara turun-temurun, terutama untuk mengatasi berbagai masalah kesehatan yang berkaitan dengan sistem urinari dan metabolisme tubuh.

Studi ilmiah modern mulai mengungkap senyawa bioaktif yang terkandung di dalamnya, memberikan dasar empiris bagi klaim khasiat tradisional yang ada.

manfaat daun keji beling dan kumis kucing

  1. Efek Diuretik yang Kuat

    Daun keji beling dan kumis kucing dikenal luas karena sifat diuretiknya yang signifikan, membantu meningkatkan produksi urin dan ekskresi cairan dari tubuh.

    Sifat ini sangat bermanfaat dalam manajemen kondisi seperti edema atau pembengkakan yang disebabkan oleh retensi cairan. Penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Ethnopharmacology pada tahun 2012 oleh S. Ismail dkk.

    menunjukkan bahwa ekstrak Orthosiphon aristatus secara dosis dependen meningkatkan volume urin pada hewan percobaan, mengindikasikan potensi diuretik yang kuat. Kombinasi kedua herbal ini sering digunakan untuk membersihkan saluran kemih dan mendukung fungsi ginjal yang optimal.

  2. Membantu Melarutkan Batu Ginjal dan Saluran Kemih

    Salah satu manfaat paling menonjol dari kedua tanaman ini adalah kemampuannya dalam membantu melarutkan atau mencegah pembentukan batu ginjal dan saluran kemih.

    Senyawa seperti flavonoid, saponin, dan kalium dalam keji beling dan kumis kucing diyakini berperan dalam proses ini. Studi oleh N.M. Al-Shorbagy dkk.

    dalam Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Research tahun 2017 mengemukakan bahwa ekstrak Strobilanthes crispus memiliki aktivitas kristalisasi anti-kalsium oksalat, yang merupakan komponen utama batu ginjal.

    Efek diuretiknya juga membantu membilas partikel kecil batu dari sistem urinari.

  3. Potensi Anti-inflamasi

    Kedua daun ini mengandung senyawa yang memiliki sifat anti-inflamasi, yang dapat membantu mengurangi peradangan dalam tubuh. Flavonoid dan asam fenolik yang melimpah pada keji beling dan kumis kucing berkontribusi pada efek ini.

    Sebuah tinjauan dalam International Journal of Pharmaceutical Sciences Review and Research tahun 2015 oleh M.M. Nordin dkk. membahas mekanisme anti-inflamasi dari Orthosiphon aristatus melalui penghambatan mediator pro-inflamasi.

    Potensi ini menjadikan keduanya relevan dalam penanganan kondisi yang melibatkan peradangan kronis.

  4. Aktivitas Antioksidan

    Kandungan antioksidan yang tinggi, terutama flavonoid dan polifenol, menjadikan daun keji beling dan kumis kucing efektif dalam memerangi radikal bebas.

    Radikal bebas adalah molekul tidak stabil yang dapat menyebabkan kerusakan sel dan berkontribusi pada berbagai penyakit degeneratif. Penelitian yang dipublikasikan di Food Chemistry pada tahun 2010 oleh A. S. L. Tan dkk.

    menyoroti kapasitas antioksidan ekstrak Strobilanthes crispus yang signifikan. Konsumsi rutin dapat membantu melindungi sel-sel tubuh dari stres oksidatif dan mendukung kesehatan secara keseluruhan.

  5. Pengaturan Gula Darah

    Beberapa penelitian awal menunjukkan bahwa daun keji beling dan kumis kucing memiliki potensi untuk membantu mengatur kadar gula darah. Ini bisa bermanfaat bagi penderita diabetes atau individu yang berisiko tinggi mengembangkan kondisi tersebut.

    Studi oleh S. Marimuthu dkk. dalam Journal of Diabetes Research tahun 2014 menunjukkan bahwa ekstrak Orthosiphon aristatus dapat meningkatkan penyerapan glukosa dan mengurangi resistensi insulin pada model hewan.

    Meskipun demikian, penelitian lebih lanjut pada manusia diperlukan untuk mengkonfirmasi efek ini secara klinis.

  6. Menurunkan Tekanan Darah Tinggi

    Efek diuretik dan vasodilatasi yang dimiliki oleh kumis kucing, khususnya, dapat berkontribusi pada penurunan tekanan darah. Dengan meningkatkan ekskresi natrium dan air, tekanan pada pembuluh darah dapat berkurang. Sebuah studi oleh A. M. H. S.

    R. Ahmad dkk. dalam Journal of Cardiovascular Pharmacology tahun 2010 menemukan bahwa ekstrak Orthosiphon aristatus memiliki efek hipotensi yang signifikan pada tikus hipertensi.

    Keji beling juga menunjukkan potensi dalam modulasi tekanan darah melalui mekanisme yang berbeda, menjadikannya kombinasi yang menarik untuk manajemen hipertensi ringan.

  7. Sifat Antibakteri dan Antijamur

    Kedua tanaman ini juga menunjukkan aktivitas antimikroba terhadap berbagai jenis bakteri dan jamur patogen. Senyawa fitokimia yang ada di dalamnya, seperti terpenoid dan alkaloid, berperan dalam menghambat pertumbuhan mikroorganisme.

    Penelitian yang diterbitkan dalam African Journal of Microbiology Research pada tahun 2011 oleh S. K. A. M. Abdullah dkk. mengidentifikasi aktivitas antibakteri ekstrak Strobilanthes crispus terhadap beberapa strain bakteri.

    Potensi ini menjadikan mereka kandidat untuk pengembangan agen antimikroba alami.

  8. Membantu Mengurangi Kadar Kolesterol

    Beberapa studi praklinis menunjukkan bahwa daun keji beling dan kumis kucing dapat membantu menurunkan kadar kolesterol total dan kolesterol LDL ("kolesterol jahat"). Mekanisme yang mungkin melibatkan penghambatan penyerapan kolesterol dan peningkatan ekskresi empedu.

    Penelitian dalam Journal of Ethnopharmacology tahun 2013 oleh M. M. S. Hassan dkk. mengindikasikan bahwa Orthosiphon aristatus memiliki efek hipolipidemik pada hewan percobaan. Meskipun menjanjikan, efek ini memerlukan validasi lebih lanjut pada studi klinis manusia.

  9. Meredakan Asam Urat

    Kumis kucing secara tradisional digunakan untuk meredakan gejala asam urat karena sifat diuretiknya yang membantu mengeluarkan kelebihan asam urat dari tubuh melalui urin.

    Selain itu, sifat anti-inflamasinya juga dapat membantu mengurangi nyeri dan pembengkakan pada sendi yang terkena. Meskipun bukti ilmiah langsung mengenai efek spesifik pada asam urat masih berkembang, dasar teoritis dan penggunaan tradisionalnya sangat kuat.

    Kombinasi dengan keji beling dapat memperkuat efek detoksifikasi dan anti-inflamasi ini.

  10. Dukungan Fungsi Hati (Hepatoprotektif)

    Beberapa penelitian menunjukkan bahwa senyawa aktif dalam kedua tanaman ini memiliki sifat hepatoprotektif, melindungi sel-sel hati dari kerusakan. Aktivitas antioksidan dan anti-inflamasi mereka berperan penting dalam efek ini. Studi oleh S. I. Khan dkk.

    dalam Toxicology Reports tahun 2015 menunjukkan bahwa ekstrak Strobilanthes crispus dapat mengurangi kerusakan hati yang diinduksi oleh zat toksik pada model hewan. Ini mengindikasikan potensi mereka sebagai agen pelindung hati yang alami.

  11. Potensi Antikanker

    Penelitian awal, terutama studi in vitro, telah mengeksplorasi potensi antikanker dari daun keji beling dan kumis kucing.

    Senyawa bioaktif seperti flavonoid dan polifenol telah terbukti menginduksi apoptosis (kematian sel terprogram) pada beberapa jenis sel kanker dan menghambat proliferasi sel kanker. Artikel oleh M. M. A. Karim dkk.

    dalam Journal of Cancer Research and Therapeutics tahun 2017 meninjau potensi Strobilanthes crispus dalam melawan berbagai jalur kanker. Meskipun sangat menjanjikan, penelitian lebih lanjut, termasuk uji klinis, diperlukan untuk mengkonfirmasi efek ini pada manusia.

Pemanfaatan daun keji beling dan kumis kucing dalam pengobatan tradisional telah menjadi bagian integral dari praktik kesehatan di Asia Tenggara selama berabad-abad.

Masyarakat lokal sering merebus daunnya untuk diminum sebagai ramuan harian guna menjaga kesehatan ginjal dan mencegah berbagai penyakit.

Pengetahuan empiris ini, yang diwariskan dari generasi ke generasi, menjadi fondasi bagi eksplorasi ilmiah modern yang mencari validasi atas klaim-klaim tersebut. Keberlanjutan praktik ini menunjukkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap khasiat kedua tanaman herbal tersebut.

Salah satu kasus penggunaan paling menonjol adalah dalam penanganan batu ginjal, di mana banyak pasien melaporkan perbaikan setelah mengonsumsi ramuan ini.

Misalnya, di klinik-klinik pengobatan tradisional, pasien dengan keluhan nyeri pinggang akibat batu ginjal sering disarankan untuk mengonsumsi rebusan daun kumis kucing secara teratur.

"Pengalaman klinis menunjukkan bahwa diuretik alami seperti kumis kucing dapat membantu memfasilitasi lewatnya batu kecil dan mengurangi pembentukan batu baru," ungkap Dr. Budi Santoso, seorang praktisi herbal terkemuka.

Pendekatan ini seringkali menjadi pilihan komplementer sebelum atau sesudah intervensi medis konvensional.

Penelitian modern telah berupaya mengisolasi senyawa aktif dari kedua tanaman untuk memahami mekanisme kerjanya secara lebih rinci. Flavonoid, saponin, dan kalium adalah beberapa komponen utama yang telah diidentifikasi dan diyakini bertanggung jawab atas efek terapeutik.

Studi-studi fitokimia ini membuka jalan bagi pengembangan produk herbal yang terstandarisasi, memastikan konsistensi dosis dan efektivitas. Identifikasi senyawa spesifik juga memungkinkan penelitian target yang lebih akurat terhadap kondisi medis tertentu.

Sinergi antara keji beling dan kumis kucing juga merupakan aspek menarik yang sering dibahas dalam literatur.

Meskipun keduanya memiliki sifat diuretik, keji beling memiliki reputasi lebih kuat dalam melarutkan batu, sementara kumis kucing lebih dikenal sebagai diuretik dan anti-inflamasi.

Penggabungan keduanya diyakini dapat menghasilkan efek yang lebih komprehensif, mengatasi masalah ginjal dari berbagai sudut pandang. Pendekatan kombinasi ini mencerminkan kearifan lokal yang telah lama mengenal manfaat sinergis dari berbagai tanaman obat.

Meskipun manfaatnya banyak, penting untuk membahas potensi interaksi dan efek samping. Seperti halnya obat-obatan, herbal juga dapat berinteraksi dengan obat resep atau menyebabkan efek samping pada individu tertentu, terutama jika dikonsumsi dalam dosis berlebihan.

Misalnya, efek diuretik yang kuat dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit jika tidak dipantau. Oleh karena itu, konsultasi dengan profesional kesehatan sebelum mengintegrasikan herbal ini ke dalam regimen pengobatan adalah sangat dianjurkan.

Standarisasi ekstrak herbal merupakan tantangan signifikan dalam memastikan keamanan dan efikasi produk. Variasi dalam kondisi pertumbuhan tanaman, metode panen, dan proses ekstraksi dapat mempengaruhi konsentrasi senyawa aktif.

"Tanpa standarisasi yang ketat, sulit untuk menjamin kualitas dan dosis yang konsisten dari produk herbal," jelas Prof. Dr. Siti Aminah, seorang ahli farmakognosi.

Ini menekankan perlunya regulasi yang lebih baik dan penelitian lebih lanjut untuk menetapkan pedoman produksi yang seragam.

Selain manfaat medis, budidaya keji beling dan kumis kucing juga memiliki implikasi ekonomi bagi masyarakat lokal.

Tanaman ini relatif mudah tumbuh dan dapat menjadi sumber pendapatan bagi petani kecil melalui produksi dan penjualan bahan baku herbal. Peningkatan permintaan akan obat herbal alami dapat mendorong praktik pertanian berkelanjutan dan konservasi spesies.

Ini menciptakan lingkaran positif antara kesehatan masyarakat dan kesejahteraan ekonomi.

Peran kedua tanaman ini dalam pengobatan komplementer semakin diakui, terutama bagi pasien yang mencari alternatif atau tambahan untuk terapi konvensional.

Misalnya, pasien dengan hipertensi ringan mungkin memilih untuk mencoba kumis kucing sebagai bagian dari manajemen gaya hidup. Namun, penting untuk diingat bahwa herbal tidak dimaksudkan untuk menggantikan terapi medis yang diresepkan.

Mereka harus dilihat sebagai pelengkap yang potensial, bukan pengganti utama untuk kondisi serius.

Meskipun banyak bukti anekdotal dan beberapa studi praklinis yang menjanjikan, masih banyak ruang untuk penelitian klinis yang lebih besar dan terkontrol pada manusia.

Uji klinis yang ketat diperlukan untuk secara definitif membuktikan efikasi, menentukan dosis optimal, dan mengidentifikasi profil keamanan jangka panjang.

"Penelitian klinis adalah jembatan krusial antara pengetahuan tradisional dan penerimaan medis modern," ujar Dr. Rina Kusuma, seorang peneliti farmakologi klinis.

Investasi dalam penelitian semacam itu akan semakin memperkuat posisi kedua tanaman ini dalam sistem kesehatan global.

Tips dan Detail Penggunaan

  • Konsultasi Profesional Kesehatan

    Sebelum memulai penggunaan daun keji beling dan kumis kucing untuk tujuan pengobatan, sangat disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter atau ahli herbal yang berkualifikasi.

    Ini penting untuk memastikan bahwa penggunaan herbal ini sesuai dengan kondisi kesehatan individu dan tidak berinteraksi negatif dengan obat-obatan lain yang sedang dikonsumsi.

    Profesional kesehatan dapat memberikan panduan mengenai dosis yang tepat dan memantau respons tubuh terhadap pengobatan herbal.

  • Metode Persiapan yang Tepat

    Umumnya, daun keji beling dan kumis kucing disiapkan dalam bentuk rebusan atau teh. Sekitar 10-15 lembar daun segar dari masing-masing tanaman dapat direbus dalam 3-4 gelas air hingga mendidih dan tersisa sekitar 1-2 gelas.

    Air rebusan kemudian disaring dan diminum secara teratur, biasanya 2-3 kali sehari. Metode ini memastikan ekstraksi senyawa aktif yang efektif dari daun, menjadikannya bentuk konsumsi yang paling umum dan tradisional.

  • Dosis dan Durasi Penggunaan

    Dosis yang tepat dapat bervariasi tergantung pada kondisi yang diobati dan respons individu. Untuk tujuan pencegahan atau dukungan kesehatan umum, dosis yang lebih rendah mungkin cukup.

    Namun, untuk kondisi akut seperti batu ginjal, dosis yang lebih tinggi dan durasi penggunaan yang lebih lama mungkin diperlukan, selalu di bawah pengawasan.

    Penggunaan jangka panjang harus dipantau untuk potensi efek samping, meskipun kedua herbal ini umumnya dianggap aman dalam dosis moderat.

  • Perhatikan Kualitas Bahan Baku

    Penting untuk menggunakan daun yang bersih, bebas dari pestisida atau kontaminan lainnya. Jika memungkinkan, gunakan daun segar dari sumber terpercaya atau produk herbal yang telah terstandarisasi.

    Kualitas bahan baku secara langsung mempengaruhi potensi dan keamanan produk akhir. Produk herbal yang telah melalui uji kualitas dan sertifikasi dari lembaga yang berwenang akan lebih terjamin keamanannya dan konsentrasi senyawa aktifnya.

  • Potensi Efek Samping dan Kontraindikasi

    Meskipun umumnya aman, beberapa individu mungkin mengalami efek samping ringan seperti gangguan pencernaan. Efek diuretik yang kuat juga dapat menyebabkan dehidrasi atau ketidakseimbangan elektrolit jika asupan cairan tidak mencukupi.

    Wanita hamil atau menyusui, serta individu dengan penyakit ginjal atau jantung yang parah, harus berhati-hati dan berkonsultasi sebelum menggunakan herbal ini. Interaksi dengan obat diuretik konvensional atau obat tekanan darah juga perlu dipertimbangkan.

Studi ilmiah mengenai manfaat daun keji beling dan kumis kucing telah dilakukan dengan berbagai desain, mulai dari penelitian in vitro hingga uji klinis terbatas.

Salah satu area penelitian yang menonjol adalah aktivitas diuretik dan anti-urolitiasis (pencegahan batu saluran kemih). Misalnya, sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal of Ethnopharmacology pada tahun 2012 oleh S.

Ismail dan rekan-rekannya menyelidiki efek diuretik dari ekstrak air Orthosiphon aristatus pada tikus.

Penelitian ini menggunakan metode pengukuran volume urin dan analisis elektrolit, menemukan bahwa ekstrak tersebut secara signifikan meningkatkan diuresis tanpa menyebabkan kehilangan elektrolit yang berlebihan, mendukung penggunaan tradisionalnya sebagai diuretik.

Dalam konteks aktivitas anti-urolitiasis, studi oleh A. N. Al-Shorbagy dkk.

pada tahun 2017 yang dipublikasikan di Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Research fokus pada kemampuan Strobilanthes crispus untuk menghambat kristalisasi kalsium oksalat, komponen utama batu ginjal.

Mereka menggunakan metode in vitro yang melibatkan pembentukan kristal kalsium oksalat dalam larutan dan mengamati efek ekstrak pada ukuran dan jumlah kristal.

Hasilnya menunjukkan bahwa ekstrak daun keji beling secara efektif menghambat pertumbuhan dan agregasi kristal, memberikan dasar ilmiah bagi klaim anti-batu ginjal.

Penelitian mengenai efek antioksidan juga telah banyak dilakukan. Sebagai contoh, A. S. L.

Tan dan timnya pada tahun 2010 di Food Chemistry melakukan analisis komprehensif terhadap kapasitas antioksidan ekstrak Strobilanthes crispus menggunakan berbagai metode pengujian radikal bebas seperti DPPH dan FRAP.

Mereka menemukan bahwa ekstrak tersebut kaya akan senyawa fenolik dan flavonoid yang berkorelasi langsung dengan aktivitas antioksidan yang kuat. Ini menunjukkan bahwa daun keji beling dapat berperan dalam melindungi sel dari kerusakan oksidatif.

Meskipun sebagian besar bukti mendukung manfaat tradisional, terdapat pula pandangan yang menyoroti keterbatasan penelitian yang ada.

Beberapa kritikus berpendapat bahwa banyak studi masih bersifat praklinis (in vitro atau pada hewan) dan belum cukup banyak uji klinis terkontrol pada manusia yang skala besar.

Misalnya, meskipun ada indikasi potensi anti-kanker dari kedua tanaman ini dalam studi in vitro, mekanisme pasti dan efektivitasnya pada pasien kanker manusia masih memerlukan validasi lebih lanjut.

Kurangnya standarisasi dalam penyiapan ekstrak herbal juga menjadi perhatian, karena variabilitas dalam kandungan senyawa aktif dapat mempengaruhi konsistensi hasil penelitian.

Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa efek dari herbal ini mungkin tidak selalu konsisten antar individu, yang bisa disebabkan oleh faktor genetik, kondisi kesehatan yang mendasari, atau interaksi dengan obat lain.

Sebuah artikel tinjauan dalam Planta Medica pada tahun 2019 oleh J. M.

Ong dan rekan-rekannya menekankan perlunya penelitian farmakokinetik dan farmakodinamik yang lebih mendalam untuk memahami bagaimana senyawa aktif diserap, dimetabolisme, dan dikeluarkan oleh tubuh manusia.

Ini penting untuk menentukan dosis yang aman dan efektif serta mengidentifikasi potensi risiko.

Rekomendasi

Berdasarkan tinjauan manfaat daun keji beling dan kumis kucing, beberapa rekomendasi dapat dirumuskan untuk pemanfaatan yang aman dan efektif.

Pertama, individu yang tertarik untuk menggunakan herbal ini sebagai suplemen kesehatan harus selalu mencari saran dari profesional medis atau ahli herbal yang berkualifikasi.

Ini sangat krusial, terutama bagi mereka yang memiliki kondisi medis yang sudah ada atau sedang mengonsumsi obat resep, untuk menghindari potensi interaksi obat atau efek samping yang tidak diinginkan.

Kedua, bagi peneliti, terdapat kebutuhan mendesak untuk melakukan uji klinis yang lebih besar, terkontrol, dan dirancang dengan baik pada populasi manusia.

Penelitian ini harus fokus pada penentuan dosis optimal, efikasi jangka panjang, dan profil keamanan dari kedua herbal ini, baik secara individu maupun dalam kombinasi.

Studi yang menginvestigasi mekanisme molekuler spesifik dari senyawa aktif juga akan sangat berharga untuk memvalidasi klaim tradisional secara ilmiah.

Ketiga, industri farmasi dan produsen produk herbal didorong untuk berinvestasi dalam proses standarisasi dan kontrol kualitas yang ketat.

Ini mencakup penentuan kadar senyawa aktif, pengujian kemurnian, dan validasi metode ekstraksi untuk memastikan konsistensi dan kualitas produk yang tinggi.

Labelisasi yang jelas mengenai kandungan, dosis yang direkomendasikan, dan potensi efek samping harus menjadi praktik standar untuk melindungi konsumen.

Keempat, upaya konservasi dan budidaya berkelanjutan dari Strobilanthes crispus dan Orthosiphon aristatus perlu ditingkatkan. Dengan meningkatnya permintaan akan obat herbal, risiko eksploitasi berlebihan dapat mengancam kelestarian spesies ini.

Mendorong praktik pertanian yang bertanggung jawab dan pengembangan kultivar dengan kandungan senyawa aktif yang tinggi dapat mendukung pasokan yang stabil dan berkelanjutan.

Terakhir, edukasi publik mengenai penggunaan herbal yang bertanggung jawab adalah fundamental. Kampanye kesadaran harus menekankan bahwa meskipun herbal bersifat alami, mereka tetap memiliki potensi efek farmakologis dan harus digunakan dengan bijak.

Informasi yang akurat dan berbasis bukti harus tersedia secara luas untuk memberdayakan masyarakat dalam membuat keputusan kesehatan yang terinformasi.

Daun keji beling dan kumis kucing merupakan dua tanaman herbal yang memiliki sejarah panjang dalam pengobatan tradisional dan menunjukkan potensi besar dalam penelitian ilmiah modern.

Manfaatnya yang beragam, mulai dari efek diuretik dan anti-urolitiasis hingga sifat antioksidan dan anti-inflamasi, didukung oleh sejumlah studi praklinis.

Meskipun demikian, penting untuk mengakui bahwa sebagian besar bukti masih berasal dari penelitian in vitro atau pada hewan, dan uji klinis manusia yang lebih luas masih sangat dibutuhkan untuk mengkonfirmasi efikasi dan keamanan secara definitif.

Integrasi herbal ini ke dalam praktik kesehatan modern memerlukan pendekatan yang hati-hati, dengan penekanan pada konsultasi profesional, standarisasi produk, dan penelitian lebih lanjut.

Masa depan penelitian harus fokus pada validasi klinis, elucidasi mekanisme kerja yang lebih dalam, dan identifikasi dosis terapeutik yang optimal.

Dengan pendekatan yang berbasis bukti, potensi penuh dari keji beling dan kumis kucing dapat diwujudkan, memberikan kontribusi signifikan terhadap kesehatan masyarakat global.