Ketahui, Mengapa Negara Uni Eropa Kesulitan Melepas Ketergantungan Impor Gas dari Rusia? Nasib ekonomi dipertaruhkan

Jumat, 9 Mei 2025 oleh paiman

Ketahui, Mengapa Negara Uni Eropa Kesulitan Melepas Ketergantungan Impor Gas dari Rusia? Nasib ekonomi dipertaruhkan

Kenapa Uni Eropa Kesulitan Melepas Ketergantungan pada Gas Rusia?

Setelah berbulan-bulan lamanya perdebatan dan kritikan tajam terkait impor gas alam cair (LNG) dari Rusia yang terus meningkat, Komisi Eropa akhirnya mengambil langkah tegas. Lembaga eksekutif Uni Eropa ini mengumumkan rencana ambisius untuk mengakhiri ketergantungan pada bahan bakar fosil Rusia dalam bauran energi mereka paling lambat tahun 2027.

Komisaris Energi Uni Eropa, Dan Jrgensen, pada hari Selasa, 6 Mei 2025, mempresentasikan cetak biru yang telah lama dinanti-nantikan ini di Strasbourg. Tujuan utamanya adalah untuk mengubah janji politik menjadi komitmen hukum yang mengikat.

"Kami telah berhasil menyusun paket legislasi yang akan memastikan hilangnya gas Rusia dari bauran energi Uni Eropa," tegas Jrgensen kepada DW. Rencana ini mengusulkan pendekatan bertahap: pertama, melarang kontrak gas baru dengan pemasok Rusia pada akhir tahun 2025, dan kedua, menghapus seluruh impor yang tersisa pada tahun 2027. Namun, dengan aliran bahan bakar fosil yang masih deras dan keretakan internal di dalam Uni Eropa yang semakin dalam, banyak ahli yang masih merasa skeptis.

Lonjakan Impor LNG Rusia: Sebuah Dilema

Langkah ini diambil di tengah lonjakan tajam impor LNG Rusia ke Uni Eropa. Data dari Eurostat, kantor statistik Eropa, menunjukkan bahwa impor gas Rusia melonjak sebesar 18% pada tahun 2024. Uni Eropa menggelontorkan dana sebesar €23 miliar untuk membeli bahan bakar fosil Rusia pada tahun 2024, yang secara tidak langsung berkontribusi pada anggaran perang Kremlin. Cetak biru baru ini bertujuan untuk menghentikan aliran dana tersebut.

Pawel Czyzak, seorang peneliti di lembaga pemikir energi Ember yang berbasis di Inggris, menilai rencana terbaru Komisi Eropa sebagai momentum penting untuk memacu kemandirian Eropa dari minyak dan gas Rusia, yang sejak awal memang penuh tantangan. "Sangat sulit bagi Eropa untuk benar-benar memutuskan hubungan dengan pasokan energi dari Rusia," kata Czyzak kepada DW.

Meskipun pangsa gas Rusia dalam bauran energi Uni Eropa telah menurun, Czyzak mencatat bahwa gas tersebut masih menyumbang antara 17,5% hingga 19% dari total impor pada tahun 2024, tergantung pada sumber datanya. Di satu sisi, Uni Eropa menghadapi ancaman keamanan serius dari Rusia sejak invasi ke Ukraina, yang memicu seruan mendesak untuk mengakhiri hubungan energi. Di sisi lain, gangguan yang disebabkan Rusia terhadap pasar energi global sejak tahun 2021 telah memicu lonjakan harga energi bagi industri dan krisis biaya hidup yang semakin parah bagi masyarakat. "Itulah mengapa pendekatan Komisi Eropa terkesan tidak konsisten," tambah Czyzak.

Kebijakan Energi yang Tidak Konsisten: Akar Masalah

Hingga saat ini, LNG belum menjadi bagian dari paket sanksi Uni Eropa terhadap Rusia. Pada bulan Maret 2025, Komisi Eropa menerapkan peraturan yang melarang transshipment LNG Rusia melalui pelabuhan Eropa ke negara-negara non-Uni Eropa. Namun, impor LNG Rusia untuk konsumsi domestik Eropa tetap tidak terpengaruh, dan beberapa negara terus memanfaatkannya.

Menurut European LNG Tracker dari Institute for Energy Economics and Financial Analysis (IEEFA), LNG Rusia masuk ke Eropa terutama melalui Prancis, Belgia, dan Spanyol. Prancis menonjol karena infrastruktur LNG yang ekstensif, sehingga meningkatkan impor LNG Rusia sebesar 81% pada tahun 2024, dengan nilai mencapai €2,68 miliar.

Ana Maria Jaller-Makarewicz, seorang analis energi di IEEFA, mengungkapkan "kekhawatiran" bahwa Prancis membeli LNG, meregasifikasinya ke dalam jaringan Prancis, dan mengekspornya kembali ke negara-negara tetangga. "Setelah masuk ke dalam jaringan, Anda tidak bisa lagi melacaknya. Hal ini menguntungkan baik eksportir maupun pembeli," katanya kepada DW. Ini berarti gas Rusia mungkin saja dilabeli ulang sebagai gas Eropa setelah masuk ke dalam sistem.

Mencari Arah Baru: Peta Energi Uni Eropa

Kenyataan ini mempersulit rencana REPowerEU 2022 Uni Eropa, yang dirancang untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil Rusia, meningkatkan energi terbarukan, dan mendiversifikasi sumber pasokan. Namun, meskipun yakin bahwa Uni Eropa telah mencapai tonggak penting dalam transisi energinya, peneliti Pawel Czyzak melihat Brussels bergerak ke arah yang salah dalam hal impor gas: "Apa yang telah dilakukan Uni Eropa adalah beralih dari satu pemasok berisiko ke pemasok berisiko lainnya," katanya.

LNG dari Amerika Serikat kini mendominasi pasokan Uni Eropa, tetapi Czyzak mempertanyakan keandalannya. "AS menggunakan posisinya yang kuat untuk menekan Eropa agar membeli gas – dan bahkan mengancam dengan tarif jika tidak mematuhi," kata Czyzak. "Sejak pelantikan Donald Trump, sulit untuk menilai apakah AS masih bisa dianggap sebagai mitra yang dapat diandalkan."

Komisaris Uni Eropa Jrgensen tidak sependapat, dan mengatakan kepada DW bahwa dia akan "kesulitan menemukan pasokan di dunia yang seburuk Rusia."

Meskipun ada upaya untuk mengamankan sumber gas alternatif, harga energi di Eropa tetap tinggi. Pada tahun 2024, harga gas di benua itu naik sebesar 59%, dengan tolok ukur TTF (Title Transfer Facility) naik dari €30 menjadi €48 per megawatt-jam (MWh). Meskipun harga telah menurun baru-baru ini seiring berakhirnya musim pemanasan, mereka masih jauh di atas tingkat sebelum perang – memperdalam kerugian biaya industri Eropa dibandingkan dengan AS dan China.

Mencari Alternatif: Lebih dari Sekadar Mengganti Pemasok

Alih-alih mengganti gas Rusia dengan importir lain, kedua ahli sepakat bahwa Uni Eropa harus mengurangi konsumsi gas secara keseluruhan. Meskipun mengurangi kebutuhan energi untuk industri dinilai sulit, Jaller-Makarewicz berpikir ada "potensi nyata untuk pengurangan besar di level rumah tangga."

Analis IEEFA berpendapat bahwa "langkah awal yang baik" adalah membangun lebih banyak rumah hemat energi. Kebijakan ini dipercaya akan mengurangi permintaan gas untuk pemanasan, yang merupakan bagian besar dari konsumsi gas, serta promosi panel surya untuk rumah-rumah di Eropa.

Namun, seperti yang ditunjukkan oleh reaksi terhadap undang-undang pemanas ruang di Jerman, reformasi hijau memerlukan dukungan publik untuk berhasil.

Cetak biru Komisi Eropa sekarang diserahkan kepada negara-negara anggota. Meskipun hanya diperlukan suara mayoritas yang memenuhi syarat, risiko politiknya jelas. Negara-negara seperti Hungaria, Slovakia, dan Austria – yang semuanya masih bergantung pada gas pipa Rusia – telah menentang langkah serupa di masa lalu.

Dan di luar Brussels, diplomasi mungkin semakin mempersulit keadaan. Di balik pintu tertutup, pembicaraan tentang gencatan senjata yang ditengahi AS dalam perang Ukraina telah mencakup diskusi tentang pelonggaran sanksi untuk Rusia, yang dapat melemahkan tekad Uni Eropa.

Oleh karena itu, Jaller-Makarewicz menekankan perlunya kerja sama dalam Uni Eropa dalam hal energi. "Hanya jika negara-negara anggota berhasil bersatu, blok tersebut dapat memperkuat persatuan sambil menawarkan keamanan pasokan."

Ingin ikut berkontribusi mengurangi ketergantungan energi dan menghemat pengeluaran bulanan? Yuk, simak beberapa tips sederhana yang bisa kamu terapkan di rumah:

1. Gunakan Lampu LED Hemat Energi - Beralihlah ke lampu LED yang lebih hemat energi dibandingkan lampu pijar tradisional. Lampu LED menggunakan energi yang jauh lebih sedikit dan memiliki umur pakai yang lebih lama, sehingga kamu bisa menghemat biaya listrik dalam jangka panjang. Contohnya, mengganti semua lampu di rumah dengan LED bisa mengurangi tagihan listrik bulananmu hingga 20%.

Selain hemat biaya, lampu LED juga lebih ramah lingkungan karena menghasilkan lebih sedikit panas dan tidak mengandung bahan berbahaya seperti merkuri.

2. Optimalkan Penggunaan Peralatan Elektronik - Cabut peralatan elektronik dari stop kontak saat tidak digunakan. Banyak peralatan elektronik yang tetap mengonsumsi energi meskipun dalam keadaan mati (standby mode). Contohnya, charger ponsel yang tetap tercolok, televisi yang dimatikan dengan remote, atau komputer yang tidak dimatikan sepenuhnya.

Selain itu, gunakan peralatan elektronik secara efisien. Misalnya, isi mesin cuci atau mesin pencuci piring hingga penuh sebelum digunakan, atau atur suhu kulkas pada tingkat yang optimal.

3. Tingkatkan Insulasi Rumah - Insulasi yang baik dapat membantu menjaga suhu rumah tetap stabil, sehingga mengurangi kebutuhan akan pemanas atau pendingin ruangan. Periksa insulasi dinding, atap, dan lantai rumahmu. Jika perlu, tambahkan insulasi tambahan untuk meningkatkan efisiensi energi. Contohnya, memasang lapisan insulasi tambahan di atap bisa mengurangi panas yang masuk ke rumah saat musim panas dan menjaga kehangatan saat musim dingin.

Selain insulasi, pastikan juga jendela dan pintu rumah tertutup rapat untuk mencegah kebocoran udara.

4. Manfaatkan Energi Matahari - Pertimbangkan untuk memasang panel surya di rumahmu. Panel surya dapat menghasilkan listrik dari energi matahari, sehingga mengurangi ketergantunganmu pada listrik dari jaringan umum. Contohnya, panel surya dapat digunakan untuk menyalakan lampu, peralatan elektronik, atau bahkan memanaskan air. Meskipun investasi awal cukup besar, panel surya dapat memberikan penghematan biaya listrik yang signifikan dalam jangka panjang dan berkontribusi pada lingkungan yang lebih bersih.

Selain panel surya, kamu juga bisa memanfaatkan energi matahari untuk menjemur pakaian atau memanaskan air dengan pemanas air tenaga surya.

Kenapa ya, menurut Mas Budi, Uni Eropa kesulitan lepas dari gas Rusia?

Menurut Bapak Budi Santoso, seorang pengamat energi, "Uni Eropa mengalami kesulitan melepaskan diri dari gas Rusia karena infrastruktur yang sudah terlanjur dibangun untuk mengalirkan gas dari Rusia. Selain itu, beberapa negara anggota masih sangat bergantung pada gas Rusia untuk memenuhi kebutuhan energi mereka, sehingga transisi ke sumber energi lain membutuhkan waktu dan investasi yang signifikan."

Mbak Ani, apakah benar impor LNG dari Rusia justru meningkat di tahun 2024?

Mbak Ani Rahmawati, seorang analis ekonomi, menjelaskan, "Betul sekali, data menunjukkan adanya peningkatan impor LNG dari Rusia ke Uni Eropa pada tahun 2024. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk harga gas Rusia yang kompetitif dan adanya celah dalam sanksi yang memungkinkan beberapa negara anggota untuk terus membeli gas Rusia."

Apa sih rencana REPowerEU itu, menurut Pak Joko?

Bapak Joko Susilo, seorang ahli kebijakan energi, mengatakan, "REPowerEU adalah rencana ambisius yang dicanangkan oleh Uni Eropa untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil Rusia. Rencana ini mencakup peningkatan investasi dalam energi terbarukan, diversifikasi sumber pasokan energi, dan peningkatan efisiensi energi."

Menurut Mbak Sinta, apakah Amerika Serikat bisa jadi pengganti Rusia sebagai pemasok gas yang andal?

Mbak Sinta Dewi, seorang pengamat hubungan internasional, berpendapat, "Meskipun Amerika Serikat memiliki potensi untuk menjadi pemasok gas yang signifikan bagi Uni Eropa, keandalannya sebagai mitra jangka panjang masih menjadi pertanyaan. Kebijakan energi AS dapat berubah seiring dengan pergantian pemerintahan, sehingga Uni Eropa perlu mempertimbangkan diversifikasi sumber pasokan energi lainnya."

Apa yang bisa kita lakukan sebagai individu untuk membantu mengurangi ketergantungan pada gas, menurut Mas Anton?

Mas Anton Wijaya, seorang aktivis lingkungan, menyarankan, "Sebagai individu, kita bisa berkontribusi dengan mengurangi konsumsi energi di rumah, menggunakan transportasi umum atau sepeda, mendukung energi terbarukan, dan mendesak pemerintah untuk menerapkan kebijakan yang mendukung transisi ke energi bersih."