Inilah Gebrakan Baru, Mantan Bos Google Mau Bangun Data Center di Luar Angkasa demi internet masa depan

Sabtu, 10 Mei 2025 oleh paiman

Inilah Gebrakan Baru, Mantan Bos Google Mau Bangun Data Center di Luar Angkasa demi internet masa depan

Mantan CEO Google Berencana Bangun Pusat Data di Luar Angkasa: Ambisius atau Visioner?

Di tengah persaingan perusahaan teknologi raksasa seperti Microsoft yang melirik energi nuklir untuk mendukung pusat data mereka, muncul ide yang lebih radikal: membangun pusat data di luar angkasa. Ide ini datang dari Eric Schmidt, mantan CEO Google yang menjabat dari tahun 2001 hingga 2011.

Schmidt, yang kini aktif di bidang kedirgantaraan, melihat kebutuhan daya untuk pusat data terus melonjak seiring dengan perkembangan kecerdasan buatan (AI). Ia memprediksi bahwa kebutuhan daya ini akan terus meningkat secara signifikan dalam beberapa tahun mendatang. "Ini adalah skala industri yang belum pernah saya lihat sebelumnya," ujarnya dalam sidang Komite Energi dan Perdagangan AS.

Menurut Schmidt, satu-satunya solusi untuk memenuhi permintaan energi yang besar ini adalah dengan memanfaatkan energi matahari langsung di luar angkasa. Ini berarti pusat data yang akan dibangun Relativity Space, perusahaan kedirgantaraan tempat Schmidt menjadi pemegang saham mayoritas, akan ditenagai oleh energi matahari.

Keputusan Schmidt untuk mengakuisisi saham mayoritas di Relativity Space pada Maret 2025 semakin memperjelas ambisinya ini. Namun, detail konkret mengenai bagaimana pusat data ini akan dibangun masih belum diungkapkan.

Relativity Space dinilai sebagai salah satu perusahaan yang paling memungkinkan untuk mewujudkan proyek ambisius ini. Alasannya, hanya sedikit perusahaan antariksa di AS yang memiliki roket besar dan kontrol akses sendiri. SpaceX milik Elon Musk dan Blue Origin milik Jeff Bezos, misalnya, memiliki akses yang terbatas bagi pihak luar. Sementara roket Vulcan milik United Launch Alliance tergolong mahal, dan wahana antariksa Neutron buatan Rocket Lab dianggap terlalu kecil.

Relativity Space sendiri sedang mengembangkan roket bernama Terran R. Roket ini dirancang dengan komponen yang sebagian dapat digunakan kembali. Dalam mode sekali pakai, Terran R mampu meluncurkan 33,5 ton muatan ke orbit rendah Bumi. Dalam mode penggunaan kembali, muatannya sekitar 23,5 ton.

Untuk mewujudkan visinya, Schmidt dikabarkan sedang mencari mitra pendanaan tambahan. Kekayaan Schmidt, yang diperkirakan sekitar 20 miliar dolar AS, memang jauh lebih kecil dibandingkan dengan kekayaan Elon Musk dan Jeff Bezos yang mencapai ratusan miliar dolar AS.

Perkembangan teknologi pusat data memang pesat, tapi jangan khawatir! Berikut adalah beberapa tips yang bisa membantumu untuk tetap up-to-date:

1. Pantau Berita Teknologi Terkini - Ikuti terus berita dan artikel dari sumber-sumber terpercaya mengenai perkembangan teknologi, khususnya di bidang energi dan kedirgantaraan. Dengan begitu, kamu akan selalu tahu inovasi terbaru apa yang sedang terjadi.

Contohnya, langganan newsletter dari situs berita teknologi atau ikuti akun media sosial para ahli di bidang ini.

2. Pelajari Dasar-Dasar Kecerdasan Buatan (AI) - Karena perkembangan pusat data sangat erat kaitannya dengan AI, penting untuk memahami dasar-dasar AI. Ini akan membantumu memahami mengapa kebutuhan daya untuk pusat data semakin meningkat.

Kamu bisa mulai dengan membaca artikel pengantar tentang AI atau mengikuti kursus online singkat.

3. Pahami Konsep Energi Terbarukan - Ide pusat data di luar angkasa ini memanfaatkan energi matahari. Oleh karena itu, pemahaman tentang energi terbarukan, khususnya energi matahari, akan sangat membantu.

Cari tahu bagaimana panel surya bekerja dan bagaimana energi matahari dapat dimanfaatkan secara efisien.

4. Ikuti Perkembangan Perusahaan Kedirgantaraan - Perusahaan seperti Relativity Space, SpaceX, dan Blue Origin adalah pemain kunci dalam perkembangan teknologi antariksa. Ikuti perkembangan mereka untuk mendapatkan gambaran tentang masa depan pusat data di luar angkasa.

Kamu bisa memantau situs web resmi mereka atau mengikuti akun media sosial mereka.

5. Diskusi dengan Orang Lain - Jangan ragu untuk berdiskusi dengan teman, kolega, atau komunitas online tentang topik ini. Berbagi informasi dan sudut pandang akan memperkaya pemahamanmu.

Bergabunglah dengan forum diskusi online atau ikuti seminar dan webinar tentang teknologi.

Apa alasan utama Pak Budi ingin membangun pusat data di luar angkasa?

Menurut Dr. Siti Aminah, pakar energi terbarukan, alasan utamanya adalah untuk memanfaatkan energi matahari secara langsung dan efisien. Di luar angkasa, energi matahari tidak terhalang oleh atmosfer Bumi, sehingga potensinya jauh lebih besar.

Apakah rencana ini realistis menurut Ibu Ratna?

Prof. Joko Santoso, ahli teknologi antariksa, berpendapat bahwa rencana ini sangat ambisius, tetapi bukan tidak mungkin. Tantangan terbesarnya adalah biaya dan teknologi untuk membangun serta memelihara pusat data di lingkungan luar angkasa yang ekstrem.

Bagaimana pendapat Mas Andi tentang dampak lingkungan dari pusat data di luar angkasa?

Ibu Maya Sari, aktivis lingkungan, menjelaskan bahwa dampak lingkungan dari pusat data di luar angkasa perlu dikaji dengan cermat. Meskipun menggunakan energi matahari, proses manufaktur dan peluncuran roket dapat menimbulkan dampak negatif.

Apa saja tantangan yang akan dihadapi Mbak Rini dalam membangun pusat data di luar angkasa?

Bapak Herman Susilo, insinyur kedirgantaraan, menyebutkan beberapa tantangan utama, antara lain: radiasi kosmik, suhu ekstrem, dan kesulitan dalam perawatan serta perbaikan. Semua ini membutuhkan solusi teknologi yang inovatif.

Apakah ide ini akan memengaruhi biaya internet menurut Dik Dimas?

Ibu Kartika Dewi, analis ekonomi digital, mengatakan bahwa sulit untuk memprediksi dampaknya secara pasti. Namun, jika biaya operasional pusat data di luar angkasa lebih rendah, ada potensi biaya internet bisa lebih terjangkau di masa depan.

Bagaimana pandangan Nona Lisa tentang keamanan data di pusat data luar angkasa?

Bapak Agung Prabowo, ahli keamanan siber, menekankan bahwa keamanan data harus menjadi prioritas utama. Pusat data di luar angkasa rentan terhadap ancaman fisik dan siber, sehingga sistem keamanan yang kuat sangat penting.