Inilah 12 Suplemen dan Obat yang Diam,Diam Bisa Merusak Ginjal Anda, Waspadai Daftarnya Sekarang!

Senin, 12 Mei 2025 oleh paiman

Inilah 12 Suplemen dan Obat yang Diam,Diam Bisa Merusak Ginjal Anda, Waspadai Daftarnya Sekarang!

Awas! 12 Suplemen dan Obat Ini Bisa Jadi Beban Bagi Ginjal Anda

Di era serba cepat ini, banyak dari kita yang mengandalkan suplemen untuk menutupi kekurangan nutrisi akibat pola makan yang kurang seimbang. Memang, suplemen bisa memberikan dorongan vitamin dan mineral penting. Namun, tahukah Anda bahwa beberapa di antaranya justru menyimpan risiko tersembunyi? Bahkan, ada yang berpotensi membahayakan organ vital seperti ginjal.

Konsumsi dosis tinggi dari suplemen tertentu dapat menyebabkan toksisitas, yang pada akhirnya berdampak buruk bagi kesehatan ginjal. Lalu, suplemen dan obat apa saja yang perlu diwaspadai?

Waspadai Suplemen dan Obat Berikut Ini

Beberapa suplemen dapat membebani kerja ginjal, terutama jika dikonsumsi secara berlebihan. Oleh karena itu, penting untuk selalu memperhatikan dosis dan anjuran konsumsi agar ginjal tetap sehat.

Berikut adalah daftar suplemen dan obat yang perlu Anda waspadai, serta dampaknya bagi kesehatan ginjal:

1. Vitamin C Dosis Tinggi

Vitamin C memang penting untuk kekebalan tubuh dan produksi kolagen. Namun, konsumsi dosis sangat tinggi, di atas 2000 mg per hari, bisa membahayakan ginjal. Asupan vitamin C berlebih dapat memicu pembentukan kristal oksalat yang menumpuk di ginjal dan meningkatkan risiko batu ginjal. Pada kasus yang jarang terjadi, kristal oksalat ini bahkan bisa menyebabkan kerusakan ginjal yang lebih serius. Risiko ini lebih tinggi pada orang yang sudah memiliki masalah ginjal sebelumnya. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa suplemen asam askorbat (vitamin C) dikaitkan dengan peningkatan risiko batu ginjal pada pria.

2. Vitamin D Berlebihan

Vitamin D penting untuk kesehatan tulang, tetapi konsumsi berlebihan dapat menyebabkan penumpukan kalsium dalam darah (hiperkalsemia). Kadar kalsium yang tinggi ini bisa memicu kalsifikasi di ginjal, merusak jaringan, dan mengganggu fungsinya. Risiko ini meningkat jika suplemen dosis tinggi dikombinasikan dengan makanan yang sudah diperkaya dengan vitamin D (difortifikasi).

3. Kreatin

Kreatin populer di kalangan penggemar olahraga untuk meningkatkan massa otot dan performa. Namun, dosis tinggi kreatin dapat memberikan tekanan ekstra pada ginjal. Hal ini karena kreatin meningkatkan kadar kreatinin, yaitu produk limbah yang harus disaring oleh ginjal. Peningkatan kreatinin ini bisa menyerupai atau bahkan memperparah gangguan fungsi ginjal. Meskipun umumnya aman bagi orang sehat, dehidrasi atau penggunaan jangka panjang tanpa pengawasan dapat menyebabkan stres pada ginjal.

4. Suplemen Herbal Tertentu

Suplemen herbal sering dianggap sebagai pilihan alami. Namun, beberapa di antaranya, seperti aristolochia (terkandung dalam produk penurun berat badan atau detoks) dan akar licorice, bisa bersifat toksik bagi ginjal. National Kidney Foundation menyarankan untuk menghindari penggunaan suplemen herbal, terutama bagi mereka yang memiliki penyakit ginjal.

5. Suplemen Protein Berlebihan

Suplemen protein bisa bermanfaat, tetapi juga bisa menjadi beban jika dikonsumsi berlebihan. Seperti kreatin, suplemen ini sering digunakan oleh para pecinta gym. Sayangnya, konsumsi berlebihan tetap saja dapat membebani kerja ginjal. Lebih baik prioritaskan asupan protein dari sumber alami seperti daging tanpa lemak, unggas, ikan, telur, produk susu, kacang-kacangan, biji-bijian, dan kedelai.

6. Obat Antiinflamasi Nonsteroid (NSAID)

Obat antiinflamasi seperti aspirin, ibuprofen, dan naproxen, yang digunakan untuk mengobati nyeri dan peradangan, dapat menyebabkan penyakit ginjal jika digunakan dalam jangka panjang. Sebaiknya, obat-obatan ini tidak dikonsumsi setiap hari tanpa berkonsultasi dengan dokter.

7. Antibiotik

Antibiotik seperti Mr Pilin dan sefalosporin digunakan untuk melawan infeksi bakteri. Obat ini harus dihabiskan sesuai resep dokter. Jika tidak, pengobatan infeksi bisa tidak efektif dan menyebabkan masalah ginjal akut. Konsumsi antibiotik tanpa resep dokter, terutama dalam jangka panjang, juga berpotensi merusak ginjal, bahkan pada individu dengan fungsi ginjal normal.

8. Proton Pump Inhibitor (PPI)

PPI adalah obat antasida yang digunakan untuk mengurangi masalah pada lambung, seperti tukak lambung, GERD, dan infeksi bakteri Helicobacter pylori. Contoh obat ini adalah omeprazole dan lansoprazole. Penggunaan obat lambung jangka panjang dengan dosis tinggi secara terus-menerus berpotensi meningkatkan risiko penyakit ginjal.

9. Obat Tekanan Darah

Obat tekanan darah seperti angiotensin-converting enzyme inhibitor (ACEI) dan angiotensin II receptor blocker (ARB) berguna untuk mengendalikan tekanan darah dan mengurangi risiko stroke serta penyakit kardiovaskular lainnya. Contoh obat ACEI adalah benazepril/lotensin, enalapril, dan linisopril. Sementara obat ARB antara lain azilsartan, candesartan, dan isbesartan. Penderita hipertensi yang menjalani pengobatan dengan obat-obatan ini tidak boleh berhenti mengonsumsinya kecuali disarankan dokter. Namun, obat-obat tersebut dapat mengganggu ginjal.

10. Obat Pencahar

Obat pencahar yang dijual bebas atau diresepkan dokter dapat meninggalkan kristal ginjal yang dapat merusak organ tersebut atau menimbulkan gagal ginjal. Kondisi ini terutama berlaku pada obat yang mengandung natrium fosfat oral atau OSP. Untuk mencegah risiko gangguan ginjal akibat obat-obatan yang dikonsumsi, pastikan ikuti instruksi pengobatan dan tidak mengonsumsi obat tersebut dalam jangka panjang.

11. Obat Psikiatris

Obat yang diresepkan dokter untuk mengobati masalah kesehatan mental juga berisiko menyebabkan masalah ginjal. Obat ini seperti prozac atau fluoxetine yang dipakai sebagai antidepresan. Obat penstabil suasana hati seperti litium dan amitriptilin juga berpotensi membahayakan ginjal. Sebab, obat ini bisa merusak otot sehingga terjadi pelepasan mioglobin ke dalam aliran darah. Akibatnya, ginjal bekerja menyaring mioglobin yang mengakibatkan kerusakan.

12. Obat Diuretik

Obat diuretik dipakai untuk mengobati tekanan darah tinggi dan beberapa jenis pembengkakan. Obat ini juga bantu membuang kelebihan cairan. Namun, obat-obatan ini berisiko membuat tubuh dehidrasi. Akibatnya, hal tersebut berdampak buruk bagi ginjal. Contoh obat diuretik seperti torsemide, furosemide, bumetanide, dan ethacrynic acid.

Intinya, sebelum mengonsumsi suplemen atau obat apa pun, konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter. Kesehatan ginjal Anda adalah investasi jangka panjang.

Ginjal adalah organ vital yang bekerja keras setiap hari. Mari kita jaga kesehatannya dengan menerapkan beberapa tips sederhana berikut ini:

1. Minum Air Putih yang Cukup - Pastikan Anda minum air putih minimal 8 gelas sehari. Air membantu ginjal membuang racun dan mencegah pembentukan batu ginjal. Contohnya, bawalah botol air minum ke mana pun Anda pergi sebagai pengingat.

Dehidrasi dapat membebani ginjal, jadi pastikan tubuh terhidrasi dengan baik.

2. Batasi Konsumsi Garam - Terlalu banyak garam dapat meningkatkan tekanan darah dan membebani ginjal. Kurangi penggunaan garam saat memasak dan hindari makanan olahan yang tinggi garam. Periksa label nutrisi pada makanan kemasan untuk mengetahui kandungan natriumnya.

Ganti garam dengan rempah-rempah alami untuk menambah rasa pada masakan.

3. Konsumsi Makanan Sehat dan Seimbang - Perbanyak konsumsi buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian utuh. Hindari makanan tinggi lemak jenuh dan gula. Pola makan sehat membantu menjaga berat badan ideal dan mencegah penyakit kronis yang dapat memengaruhi ginjal. Misalnya, tambahkan sayuran hijau pada setiap menu makan Anda.

Pilihlah makanan segar dan hindari makanan cepat saji.

4. Perhatikan Asupan Protein - Konsumsi protein yang berlebihan dapat membebani ginjal. Sesuaikan asupan protein dengan kebutuhan tubuh Anda. Sumber protein yang baik antara lain ikan, ayam tanpa kulit, telur, dan kacang-kacangan. Konsultasikan dengan ahli gizi untuk mengetahui jumlah protein yang tepat untuk Anda.

Jangan berlebihan mengonsumsi suplemen protein tanpa pengawasan.

5. Hindari Merokok dan Konsumsi Alkohol Berlebihan - Merokok dan alkohol dapat merusak ginjal. Jika Anda merokok, berhentilah. Batasi konsumsi alkohol sesuai dengan rekomendasi kesehatan. Kedua kebiasaan ini dapat meningkatkan risiko penyakit ginjal.

Carilah dukungan jika Anda kesulitan berhenti merokok atau minum alkohol.

6. Periksakan Ginjal Secara Teratur - Terutama jika Anda memiliki riwayat penyakit ginjal, diabetes, atau tekanan darah tinggi. Pemeriksaan ginjal secara teratur dapat membantu mendeteksi masalah sejak dini dan mencegah komplikasi. Konsultasikan dengan dokter Anda mengenai jadwal pemeriksaan yang tepat.

Deteksi dini adalah kunci untuk penanganan yang efektif.

Apakah benar vitamin C dosis tinggi bisa merusak ginjal, menurut pendapat Budi?

Menurut Dr. Siti Fadilah Supari, seorang ahli kesehatan masyarakat terkemuka, "Benar, Budi. Konsumsi vitamin C dosis tinggi, terutama di atas 2000 mg per hari, berpotensi meningkatkan risiko pembentukan batu ginjal. Sebaiknya konsultasikan dengan dokter untuk mengetahui dosis yang tepat sesuai kebutuhan Anda."

Kata Rina, suplemen herbal itu alami, jadi pasti aman untuk ginjal. Apa benar begitu?

Menurut Prof. Dr. Hardinsyah, MS, seorang ahli gizi dari IPB, "Tidak selalu, Rina. Meskipun berasal dari alam, beberapa suplemen herbal mengandung zat yang bisa berbahaya bagi ginjal. Sebaiknya hindari konsumsi suplemen herbal tanpa rekomendasi dari dokter, terutama jika Anda memiliki riwayat penyakit ginjal."

Apakah obat tekanan darah selalu berbahaya bagi ginjal, seperti yang didengar Anton?

Menurut Dr. Tunggul D. Situmorang, SpPD-KGH, seorang dokter spesialis penyakit dalam konsultan ginjal hipertensi, "Anton, obat tekanan darah memang dapat memengaruhi fungsi ginjal, tetapi bukan berarti selalu berbahaya. Penting untuk mengonsumsi obat sesuai anjuran dokter dan melakukan pemeriksaan ginjal secara berkala. Dokter akan memantau kondisi ginjal Anda dan menyesuaikan dosis obat jika diperlukan."

Kata Dewi, minum obat diuretik itu bisa bikin kurus. Apa efek sampingnya bagi ginjal?

Menurut Dr. Santi Sadeli, seorang dokter umum, "Dewi, obat diuretik memang bisa membantu membuang kelebihan cairan dari tubuh, tetapi bukan berarti bisa digunakan untuk menurunkan berat badan secara sembarangan. Obat diuretik dapat menyebabkan dehidrasi dan membebani ginjal. Konsultasikan dengan dokter jika Anda memiliki masalah berat badan atau ingin menggunakan obat diuretik."