Dahaga AI terhadap Listrik yang Tak Pernah Terpuaskan, Tantangan Masa Depan Kita

Selasa, 15 April 2025 oleh paiman

Dahaga AI terhadap Listrik yang Tak Pernah Terpuaskan, Tantangan Masa Depan Kita

AI: Haus Listrik yang Tak Pernah Padam

Kecerdasan buatan (AI) semakin menyatu dengan keseharian kita, mulai dari ChatGPT yang membantu menjawab pertanyaan hingga sistem rekomendasi yang memudahkan belanja dan transportasi. Namun, di balik kemudahan ini, ada konsekuensi yang perlu kita perhatikan: konsumsi listrik AI yang sangat besar.

Bayangkan, setiap pertanyaan yang kita ajukan ke AI seperti Grok (milik Elon Musk) membutuhkan listrik, meskipun jumlahnya terlihat kecil, sekitar 0,01-0,1 watt-hour (Wh). Namun, kalikan angka tersebut dengan miliaran pertanyaan yang diajukan setiap hari, dan kita akan melihat betapa besarnya konsumsi energi AI secara global.

Seberapa Besar Haus AI Terhadap Listrik?

Model bahasa besar (LLM) seperti GPT-4, Gemini, dan Claude, membutuhkan daya komputasi yang luar biasa, baik saat pelatihan maupun saat digunakan. Proyeksi menunjukkan permintaan listrik pusat data global bisa naik lebih dari dua kali lipat pada 2030, melebihi total konsumsi listrik Jepang saat ini! Laporan McKinsey & Company juga memprediksi lonjakan permintaan daya dari pusat data AS hingga 606 TWh pada 2030.

Proses pelatihan AI sangat intensif energi. Pelatihan GPT-3, misalnya, setara dengan konsumsi listrik 120 rumah di AS selama setahun. Bayangkan berapa energi yang dibutuhkan untuk melatih model yang lebih besar seperti GPT-4 atau Gemini! Dan setiap kali digunakan, AI tetap membutuhkan listrik, meskipun lebih sedikit.

Meskipun ada perbedaan perkiraan konsumsi listrik per interaksi, dampak keseluruhannya tetap signifikan. Jika setiap pencarian Google menggunakan LLM, daya yang dibutuhkan bisa setara dengan kebutuhan listrik Irlandia!

Dampak Lingkungan dari Haus Listrik AI

Konsumsi energi yang tinggi berdampak pada emisi karbon. Pusat data, infrastruktur utama AI, mengonsumsi listrik dalam jumlah besar. Pertumbuhan permintaan listrik dari pusat data akibat AI diperkirakan akan terjadi di AS, Cina, Eropa, Jepang, dan Malaysia. Jejak karbon AI ini terkait langsung dengan sumber energinya, sehingga transisi ke energi bersih sangat krusial.

Selain emisi karbon, ada juga masalah penggunaan air yang besar untuk pendinginan perangkat keras AI. Jejak air ini, terutama di daerah yang kekurangan air, menjadi masalah lingkungan yang serius. Limbah elektronik dari perangkat keras AI yang berumur pendek juga menambah beban lingkungan.

Bisakah AI Bertahan Tanpa Membebani Listrik?

Ketergantungan AI pada listrik memicu kekhawatiran tentang keamanan energi. Para ahli, seperti Charlotte Wang dari EQuota Energy, menyoroti potensi konsekuensi lingkungan yang serius jika permintaan energi AI tidak dikelola dengan baik.

Solusi jangka panjang dibutuhkan. Pengembangan model AI yang lebih hemat energi, penggunaan energi terbarukan, dan optimalisasi algoritma adalah beberapa langkah yang bisa diambil. Sebagai pengguna, kita juga bisa berkontribusi dengan membatasi penggunaan AI dan memilih penyedia AI yang ramah lingkungan.

Berikut beberapa tips untuk mengurangi dampak konsumsi listrik AI:

1. Batasi penggunaan AI untuk hal-hal yang penting. - Sebelum menggunakan AI, pertimbangkan apakah tugas tersebut bisa diselesaikan dengan cara lain yang lebih hemat energi. Misalnya, alih-alih menggunakan AI untuk meringkas artikel pendek, bacalah sendiri artikel tersebut.

2. Pilih penyedia AI yang menggunakan energi terbarukan. - Beberapa perusahaan teknologi berkomitmen untuk menggunakan energi terbarukan untuk pusat data mereka. Pilihlah penyedia layanan AI yang ramah lingkungan.

Contohnya, Google berkomitmen untuk menggunakan 100% energi terbarukan untuk operasionalnya.

3. Dukung pengembangan dan penggunaan model AI yang lebih efisien. - Teknologi AI terus berkembang. Dukunglah inisiatif yang bertujuan untuk menciptakan model AI yang lebih hemat energi.

Misalnya, dengan mendukung startup yang fokus pada efisiensi AI.

4. Sebarkan kesadaran tentang konsumsi energi AI. - Bicarakan dengan teman dan keluarga tentang dampak lingkungan dari penggunaan AI dan bagaimana kita bisa mengurangi dampaknya.

Misalnya, dengan membagikan artikel ini di media sosial.

Bagaimana cara mengetahui penyedia AI yang menggunakan energi terbarukan, Pak Budi Santoso?

Biasanya, perusahaan teknologi yang berkomitmen pada energi terbarukan akan mencantumkan informasi tersebut di situs web mereka, khususnya di bagian sustainability atau laporan tanggung jawab sosial perusahaan. - Budi Santoso, Pakar Teknologi Informasi

Apa dampak terbesar penggunaan AI terhadap lingkungan, Ibu Ani Widjaya?

Salah satu dampak terbesar adalah peningkatan emisi karbon akibat konsumsi listrik yang tinggi, yang berkontribusi pada perubahan iklim. - Ani Widjaya, Aktivis Lingkungan

Apakah ada alternatif selain LLM untuk tugas-tugas sederhana, Pak Ridwan Kamil?

Ya, ada model AI yang lebih kecil dan spesifik yang bisa digunakan untuk tugas-tugas sederhana dengan konsumsi energi yang lebih rendah. - Ridwan Kamil, Gubernur Jawa Barat (Sebagai figur publik yang peduli teknologi)

Bagaimana kita sebagai individu bisa berkontribusi dalam mengurangi jejak karbon AI, Ibu Sri Mulyani?

Dengan bijak dalam menggunakan teknologi AI dan mendukung perusahaan yang berkomitmen pada keberlanjutan. - Sri Mulyani, Menteri Keuangan (Sebagai figur publik yang berpengaruh)

Apa yang sedang dilakukan pemerintah untuk mengatasi masalah konsumsi listrik AI, Bapak Nadiem Makarim?

Pemerintah mendorong riset dan inovasi di bidang teknologi hijau, termasuk pengembangan AI yang lebih hemat energi, serta transisi ke energi terbarukan. - Nadiem Makarim, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Sebagai figur publik yang relevan)