Benarkah Konsumsi Jangka Panjang Obat Pereda Nyeri Picu Gagal Ginjal? Ini Penjelasan Guru Besar UGM yang Harus Anda Ketahui
Sabtu, 19 April 2025 oleh paiman
Obat Pereda Nyeri dan Risiko Gagal Ginjal: Fakta di Balik Mitos
Sebuah video viral di TikTok baru-baru ini memicu kekhawatiran tentang konsumsi obat pereda nyeri jangka panjang dan hubungannya dengan gagal ginjal. Benarkah klaim tersebut? Mari kita telaah faktanya berdasarkan penjelasan ahli.
Efek Samping Obat Pereda Nyeri: Bukan Sekadar Mitos
Prof. Zullies Ikawati, Guru Besar Fakultas Farmasi UGM, menjelaskan bahwa konsumsi obat pereda nyeri jangka panjang, meskipun sesuai dosis, tetap berpotensi menimbulkan efek samping. Risiko ini meningkat jika penggunaan obat tidak dipantau oleh dokter. Efek sampingnya pun bervariasi, tergantung jenis obatnya, terutama antara parasetamol dan NSAID (seperti ibuprofen, diklofenak, dan naproksen).
Parasetamol: Fokus pada Hati
Parasetamol bekerja di sistem saraf pusat untuk meredakan nyeri dan demam. Efek samping jangka panjangnya lebih berfokus pada kerusakan hati (hepatotoksisitas), terutama jika dikonsumsi dosis tinggi (di atas 4 gram/hari) atau bersamaan dengan alkohol atau obat lain yang juga berdampak pada hati. Pada dosis normal, risikonya relatif rendah. Meskipun risiko kerusakan ginjal lebih rendah dibandingkan NSAID, bukan berarti nol. Beberapa studi menunjukkan konsumsi parasetamol jangka panjang dapat meningkatkan risiko penyakit ginjal kronis, terutama jika dibarengi faktor risiko lain seperti dehidrasi dan hipertensi.
Gejala awal kerusakan hati akibat parasetamol antara lain urine berwarna gelap, sementara gejala gangguan ginjal bisa berupa penurunan frekuensi buang air kecil. Nyeri di perut kanan atas juga patut diwaspadai.
NSAID: Dampak pada Lambung dan Ginjal
NSAID, seperti ibuprofen dan diklofenak, bekerja dengan menghambat enzim COX yang berperan dalam pembentukan prostaglandin, zat penyebab nyeri, demam, dan peradangan. Sayangnya, prostaglandin juga melindungi lambung dan ginjal. Penghambatannya dapat berdampak negatif pada kedua organ tersebut.
Efek samping jangka panjang NSAID pada lambung meliputi gastritis, tukak lambung, dan perdarahan saluran cerna. Pada ginjal, NSAID dapat mengganggu aliran darah dan menurunkan filtrasi, berpotensi menyebabkan penurunan fungsi ginjal kronis, nefritis interstisial, bahkan gagal ginjal akut, terutama pada lansia atau pasien dengan riwayat gangguan ginjal, hipertensi, atau dehidrasi.
Gejala awal gangguan akibat NSAID meliputi feses berwarna hitam (melena) dan bengkak di tungkai atau kaki (retensi cairan).
Selain itu, NSAID jenis diklofenak dan celecoxib juga memiliki efek pada kardiovaskular, meningkatkan risiko tekanan darah tinggi, serangan jantung, dan stroke pada penggunaan jangka panjang.
Berikut beberapa tips untuk mengonsumsi obat pereda nyeri dengan aman:
1. Konsultasikan dengan dokter. - Jangan mengonsumsi obat pereda nyeri dalam jangka panjang tanpa pengawasan dokter. Diskusikan keluhan Anda dan biarkan dokter menentukan jenis dan dosis obat yang tepat.
2. Baca aturan pakai. - Perhatikan dosis dan frekuensi konsumsi yang tertera pada kemasan obat. Jangan melebihi dosis yang dianjurkan.
Contoh: Jika aturan pakai menyebutkan maksimal 4 tablet per hari, jangan mengonsumsi lebih dari itu.
3. Perhatikan gejala. - Waspadai gejala-gejala yang mungkin muncul, seperti gangguan pencernaan, perubahan warna urine, atau bengkak. Segera konsultasikan ke dokter jika mengalami gejala tersebut.
4. Hindari kombinasi berbahaya. - Jangan mengonsumsi parasetamol bersamaan dengan alkohol atau obat lain yang berdampak pada hati. Konsultasikan dengan dokter atau apoteker mengenai interaksi obat.
5. Cari alternatif. - Untuk nyeri ringan, cobalah metode non-farmakologis seperti kompres hangat atau dingin, istirahat yang cukup, atau olahraga ringan.
Apakah semua obat pereda nyeri berbahaya bagi ginjal, Dokter Handoko?
(dr. Handoko Gunawan, Sp.PD-KGH, Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Ginjal Hipertensi) Tidak semua obat pereda nyeri berbahaya bagi ginjal. Risiko kerusakan ginjal lebih terkait dengan penggunaan jangka panjang dan dosis tinggi, terutama untuk golongan NSAID. Parasetamol memiliki risiko lebih rendah, namun tetap perlu diwaspadai.
Saya sering sakit kepala, Bu Ani. Apakah aman minum parasetamol setiap hari?
(Apt. Ani Suryani, M.Farm., Apoteker) Sebaiknya hindari mengonsumsi obat pereda nyeri, termasuk parasetamol, setiap hari tanpa anjuran dokter. Konsultasikan keluhan sakit kepala Anda untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Bagaimana cara mengetahui ginjal saya terganggu karena obat pereda nyeri, Prof. Amir?
(Prof. Dr. Amir Sp.PD-KGH, Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam) Gejala awal gangguan ginjal bisa berupa perubahan frekuensi dan warna urine, bengkak di kaki, dan rasa lelah yang berlebihan. Namun, diagnosis pasti membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut oleh dokter.
Apa alternatif selain obat pereda nyeri untuk nyeri haid, Ibu Dewi?
(dr. Dewi Ratna, Sp.OG, Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan) Untuk nyeri haid ringan, Anda bisa mencoba kompres hangat di perut bagian bawah, olahraga ringan, atau teknik relaksasi. Jika nyeri hebat, konsultasikan ke dokter kandungan.
Pak Budi, bagaimana cara memilih obat pereda nyeri yang aman?
(Apt. Budi Santoso, M.Farm., Apoteker) Konsultasikan dengan dokter atau apoteker untuk memilih obat pereda nyeri yang sesuai dengan kondisi Anda. Sampaikan riwayat penyakit dan alergi yang Anda miliki.