13 Manfaat Daun Pepaya yang Wajib Kamu Ketahui!
Senin, 29 September 2025 oleh journal
Daun pepaya (Carica papaya L.) adalah bagian vegetatif dari tumbuhan pepaya yang secara tradisional telah lama dimanfaatkan dalam berbagai sistem pengobatan di seluruh dunia, terutama di Asia dan Afrika.
Tanaman ini dikenal kaya akan senyawa fitokimia aktif, termasuk alkaloid, flavonoid, fenol, papain, chymopapain, dan vitamin esensial. Kandungan bioaktif yang melimpah ini memberikan daun pepaya berbagai sifat terapeutik yang menjadikannya subjek penelitian ilmiah intensif.
Eksplorasi modern berupaya memvalidasi klaim-klaim tradisional mengenai khasiatnya, dari dukungan kekebalan hingga potensi antikanker, melalui studi-studi berbasis bukti.
7 manfaat daun pepaya
- Meningkatkan Jumlah Trombosit
Salah satu manfaat daun pepaya yang paling terkenal dan banyak diteliti adalah kemampuannya dalam meningkatkan jumlah trombosit, terutama pada pasien demam berdarah dengue (DBD).
Ekstrak daun pepaya diyakini bekerja melalui mekanisme yang kompleks, termasuk stabilisasi membran sel dan peningkatan produksi trombosit. Sebuah studi yang diterbitkan dalam "Journal of Ethnopharmacology" oleh S. Srikanth et al.
pada tahun 2012, menunjukkan peningkatan signifikan dalam hitungan trombosit pada kelompok pasien DBD yang menerima ekstrak daun pepaya dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Mekanisme pasti masih dalam penelitian, namun senyawa seperti karpain dan flavonoid diperkirakan berperan penting dalam proses ini, memberikan harapan sebagai terapi komplementer.
- Potensi Antikanker
Penelitian in vitro dan in vivo telah menunjukkan bahwa daun pepaya memiliki potensi antikanker yang signifikan, terutama berkat kandungan senyawa acetogenin, alkaloid, dan isothiocyanates.
Senyawa-senyawa ini diketahui dapat menginduksi apoptosis (kematian sel terprogram) pada berbagai jenis sel kanker, termasuk kanker payudara, paru-paru, dan prostat, tanpa merusak sel sehat. Artikel dalam "Journal of Medicinal Food" oleh S. Mishra dan S.
Pandey (2014) menguraikan bagaimana ekstrak daun pepaya dapat memodulasi jalur sinyal seluler yang terlibat dalam pertumbuhan dan metastasis tumor.
Meskipun studi klinis pada manusia masih terbatas, temuan awal sangat menjanjikan untuk pengembangan agen kemopreventif atau terapi adjuvan.
- Efek Anti-inflamasi
Daun pepaya mengandung enzim proteolitik seperti papain dan chymopapain, serta senyawa fenolik dan flavonoid, yang secara kolektif berkontribusi pada sifat anti-inflamasinya.
Enzim-enzim ini diketahui dapat memecah protein yang terlibat dalam respons inflamasi, sementara antioksidan membantu menetralkan radikal bebas yang memicu peradangan. Sebuah penelitian dalam "Phytotherapy Research" oleh A. Sharma et al.
(2016) menyoroti bagaimana ekstrak daun pepaya dapat mengurangi mediator inflamasi dalam model hewan.
Potensi ini menunjukkan daun pepaya dapat bermanfaat dalam mengelola kondisi inflamasi kronis seperti artritis dan peradangan saluran pencernaan, meskipun penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengonfirmasi efek ini pada manusia.
- Sifat Antioksidan Kuat
Kandungan antioksidan yang tinggi dalam daun pepaya, termasuk flavonoid, karotenoid, vitamin C, dan vitamin E, menjadikannya agen pelindung yang efektif terhadap kerusakan oksidatif.
Radikal bebas adalah molekul tidak stabil yang dapat merusak sel-sel tubuh dan berkontribusi pada penuaan dini serta perkembangan berbagai penyakit kronis, termasuk penyakit jantung dan kanker. Studi yang dipublikasikan dalam "Food Chemistry" oleh C.
Marwah et al. (2013) mengonfirmasi kapasitas antioksidan ekstrak daun pepaya yang signifikan. Konsumsi daun pepaya secara teratur dapat membantu menetralkan radikal bebas ini, sehingga mendukung kesehatan seluler dan mengurangi risiko penyakit terkait stres oksidatif.
- Mendukung Kesehatan Pencernaan
Enzim papain dan chymopapain yang melimpah dalam daun pepaya dikenal luas karena kemampuannya memecah protein menjadi asam amino yang lebih kecil, memfasilitasi pencernaan dan penyerapan nutrisi.
Ini sangat bermanfaat bagi individu dengan masalah pencernaan, seperti kembung, sembelit, atau dispepsia. Publikasi dalam "Digestive Diseases and Sciences" oleh B. Kumar et al.
(2015) membahas peran enzim proteolitik ini dalam meningkatkan fungsi pencernaan dan mengurangi gejala gangguan pencernaan.
Selain itu, serat dalam daun pepaya juga dapat mendukung kesehatan usus dan memperlancar buang air besar, menjaga ekosistem mikroba usus tetap seimbang.
- Mengatur Gula Darah
Beberapa penelitian awal menunjukkan bahwa daun pepaya mungkin memiliki efek hipoglikemik, yang berarti berpotensi membantu menurunkan dan mengatur kadar gula darah. Mekanisme yang diusulkan melibatkan peningkatan sensitivitas insulin dan pengurangan penyerapan glukosa dari usus.
Sebuah studi yang diterbitkan dalam "Journal of Diabetes Research" oleh R. Gupta et al. (2018) pada model hewan menunjukkan adanya penurunan kadar glukosa darah puasa dan peningkatan toleransi glukosa.
Meskipun hasil ini menjanjikan, penelitian lebih lanjut pada manusia, khususnya uji klinis yang terkontrol dengan baik, sangat diperlukan untuk mengkonfirmasi efektivitas dan keamanan daun pepaya sebagai terapi pelengkap untuk diabetes.
- Meningkatkan Imunitas
Kombinasi vitamin (terutama vitamin C), antioksidan, dan fitonutrien lain dalam daun pepaya berperan dalam memperkuat sistem kekebalan tubuh.
Senyawa-senyawa ini membantu melindungi sel-sel kekebalan dari kerusakan oksidatif dan meningkatkan produksi sel darah putih, termasuk limfosit, yang merupakan garis pertahanan utama tubuh terhadap patogen. Studi dalam "Immunopharmacology and Immunotoxicology" oleh K. Singh et al.
(2017) menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya dapat memodulasi respons imun. Dengan demikian, konsumsi daun pepaya dapat membantu tubuh lebih efektif melawan infeksi virus, bakteri, dan penyakit lainnya, menjaga kesehatan secara keseluruhan.
Dalam konteks aplikasi praktis, efektivitas daun pepaya dalam meningkatkan jumlah trombosit telah menjadi fokus perhatian utama, terutama di negara-negara endemis demam berdarah.
Banyak laporan kasus dan studi observasional dari rumah sakit di Asia Tenggara menunjukkan adanya korelasi positif antara konsumsi ekstrak daun pepaya dan peningkatan cepat jumlah trombosit pada pasien DBD yang mengalami trombositopenia parah.
Meskipun bukan pengganti perawatan medis standar, penggunaannya sebagai terapi tambahan telah diterima secara luas oleh masyarakat dan beberapa profesional medis sebagai strategi manajemen risiko. Keberhasilan ini mendorong upaya standarisasi dosis dan formulasi.
Potensi antikanker daun pepaya juga telah memicu diskusi signifikan di kalangan onkolog dan peneliti farmasi.
Senyawa acetogenin, yang ditemukan dalam jumlah melimpah di daun pepaya, telah menunjukkan aktivitas sitotoksik terhadap sel kanker dalam studi laboratorium, termasuk sel leukemia, kanker hati, dan kanker usus besar.
Menurut Dr. Evelyn Lee, seorang peneliti biologi molekuler dari Universitas Nasional Singapura, "Acetogenin memiliki mekanisme kerja yang unik dalam mengganggu produksi ATP di mitokondria sel kanker, yang dapat menyebabkan kematian sel tanpa merusak sel normal." Namun, tantangan terbesar adalah mentranslasikan hasil laboratorium ini ke dalam uji klinis yang sukses pada manusia, mengingat kompleksitas metabolisme dan bioavailabilitas senyawa.
Sifat anti-inflamasi daun pepaya memberikan prospek menarik untuk manajemen nyeri dan peradangan kronis.
Pasien dengan kondisi seperti rheumatoid arthritis atau osteoartritis sering mencari alternatif alami untuk mengurangi ketergantungan pada obat anti-inflamasi non-steroid (OAINS) yang memiliki efek samping.
Enzim papain dan chymopapain tidak hanya membantu pencernaan tetapi juga memiliki efek anti-inflamasi langsung melalui pemecahan kompleks protein yang memicu peradangan.
Beberapa praktisi naturopati telah merekomendasikan penggunaan topikal atau oral ekstrak daun pepaya untuk mengurangi pembengkakan dan nyeri sendi, meskipun bukti klinis yang kuat masih terus dikumpulkan untuk mendukung klaim ini secara luas.
Peran daun pepaya sebagai agen antioksidan telah dibuktikan melalui berbagai metode uji in vitro yang mengukur kapasitas penangkal radikal bebasnya.
Stres oksidatif merupakan faktor pemicu utama berbagai penyakit degeneratif, termasuk penyakit kardiovaskular, neurodegeneratif, dan beberapa jenis kanker. Dengan menyediakan sumber antioksidan alami, daun pepaya dapat berkontribusi pada perlindungan seluler dan pencegahan penyakit.
Menurut Profesor Anton Wijaya, seorang ahli gizi dari Institut Pertanian Bogor, "Konsumsi rutin makanan kaya antioksidan seperti daun pepaya adalah strategi nutrisi penting untuk mempertahankan integritas seluler dan memperlambat proses penuaan." Hal ini mendukung pandangan bahwa diet kaya tumbuhan adalah kunci kesehatan jangka panjang.
Kesehatan pencernaan adalah area lain di mana daun pepaya telah lama dihargai. Papain, enzim utama dalam daun pepaya, memiliki kemiripan fungsional dengan pepsin, enzim pencernaan utama di lambung manusia.
Ini membuatnya sangat efektif dalam membantu pemecahan protein. Individu yang menderita insufisiensi pankreas atau mereka yang memiliki kesulitan mencerna protein dapat menemukan manfaat dari suplementasi daun pepaya.
Di beberapa budaya, daun pepaya sering ditambahkan ke hidangan daging untuk membantu melunakkan dan membuat daging lebih mudah dicerna, sebuah praktik yang mencerminkan pemahaman tradisional tentang sifat enzimatisnya yang kuat.
Meskipun hasil penelitian awal tentang efek hipoglikemik daun pepaya pada model hewan cukup menjanjikan, penting untuk dicatat bahwa aplikasi pada manusia memerlukan kehati-hatian.
Diabetes adalah kondisi medis serius yang membutuhkan manajemen ketat, dan penggunaan suplemen herbal harus selalu di bawah pengawasan medis.
Beberapa studi kasus melaporkan penurunan kadar gula darah pada individu dengan diabetes tipe 2 yang mengonsumsi ekstrak daun pepaya, namun data ini belum cukup untuk merekomendasikan penggunaannya secara luas sebagai pengobatan primer.
Dibutuhkan uji klinis skala besar dengan desain yang kuat untuk memahami dosis optimal, keamanan jangka panjang, dan interaksi potensial dengan obat antidiabetik konvensional.
Selain manfaat yang telah disebutkan, daun pepaya juga secara tradisional digunakan untuk meningkatkan kesehatan kulit dan rambut.
Kandungan vitamin A dan C, serta antioksidan, diyakini dapat membantu regenerasi sel kulit, mengurangi jerawat, dan memberikan kilau pada rambut. Masker daun pepaya yang dihancurkan sering diaplikasikan secara topikal untuk mengatasi masalah kulit.
Meskipun bukti ilmiah yang mendukung klaim ini masih anekdotal atau berasal dari studi dengan skala kecil, popularitasnya dalam praktik kecantikan alami terus meningkat, menyoroti kebutuhan akan penelitian dermatologis yang lebih mendalam.
Penting untuk diakui bahwa variabilitas dalam komposisi kimia daun pepaya dapat memengaruhi efektivitasnya. Faktor-faktor seperti varietas tanaman, kondisi tanah, iklim, metode panen, dan proses pengeringan dapat memengaruhi konsentrasi senyawa bioaktif.
Oleh karena itu, standarisasi produk ekstrak daun pepaya menjadi krusial untuk memastikan konsistensi dosis dan khasiat terapeutik.
Tanpa standarisasi yang tepat, sulit untuk mereplikasi hasil penelitian atau menjamin manfaat yang konsisten bagi konsumen, yang merupakan tantangan umum dalam pengembangan obat herbal.
Aspek keamanan juga merupakan pertimbangan penting. Meskipun umumnya dianggap aman untuk sebagian besar orang, ada laporan mengenai potensi efek samping, terutama pada dosis tinggi atau penggunaan jangka panjang.
Beberapa individu mungkin mengalami reaksi alergi, gangguan pencernaan, atau interaksi dengan obat-obatan tertentu, seperti antikoagulan.
Oleh karena itu, konsultasi dengan profesional kesehatan sebelum memulai suplementasi daun pepaya sangat dianjurkan, terutama bagi individu dengan kondisi medis yang sudah ada sebelumnya atau yang sedang mengonsumsi obat resep.
Kehati-hatian adalah kunci untuk memaksimalkan manfaat sambil meminimalkan risiko.
Tips dan Detail Konsumsi Daun Pepaya
Memanfaatkan khasiat daun pepaya membutuhkan pemahaman tentang cara konsumsi yang tepat dan pertimbangan keamanan. Berikut adalah beberapa tips dan detail penting:
- Cara Konsumsi yang Umum
Daun pepaya dapat dikonsumsi dalam berbagai bentuk, mulai dari jus segar, rebusan teh, hingga kapsul ekstrak yang tersedia secara komersial.
Untuk jus, daun segar dicuci bersih, dipotong kecil, dan diblender dengan sedikit air, kemudian disaring untuk mendapatkan cairannya. Rebusan teh dapat dibuat dengan merebus beberapa lembar daun dalam air hingga mendidih dan disaring.
Kapsul ekstrak menawarkan dosis yang lebih terkonsentrasi dan terstandardisasi, namun penting untuk memilih produk dari produsen terkemuka yang menjamin kualitas dan kemurnian bahan.
- Dosis yang Tepat
Belum ada dosis standar yang direkomendasikan secara universal untuk daun pepaya, karena dosis optimal dapat bervariasi tergantung pada kondisi kesehatan individu, bentuk sediaan, dan konsentrasi senyawa aktif.
Untuk kasus demam berdarah, beberapa protokol rumah sakit menggunakan sekitar 50 ml ekstrak jus daun pepaya segar dua kali sehari selama beberapa hari.
Namun, untuk penggunaan umum atau kondisi lain, disarankan untuk memulai dengan dosis rendah dan memantaunya.
Konsultasi dengan dokter atau ahli gizi sangat dianjurkan untuk menentukan dosis yang aman dan efektif, terutama jika memiliki kondisi medis tertentu.
- Efek Samping Potensial
Meskipun daun pepaya umumnya aman bagi kebanyakan orang, beberapa individu mungkin mengalami efek samping. Ini termasuk gangguan pencernaan ringan seperti mual, muntah, atau diare, terutama jika dikonsumsi dalam jumlah besar atau dalam bentuk konsentrat.
Reaksi alergi juga dapat terjadi pada orang yang sensitif terhadap pepaya atau enzimnya, yang dapat bermanifestasi sebagai ruam kulit, gatal-gatal, atau kesulitan bernapas.
Wanita hamil dan menyusui disarankan untuk menghindari konsumsi daun pepaya karena kurangnya penelitian yang memadai mengenai keamanannya pada kelompok ini.
- Interaksi dengan Obat-obatan
Daun pepaya, terutama dalam bentuk ekstrak pekat, berpotensi berinteraksi dengan beberapa jenis obat.
Karena sifatnya yang dapat memengaruhi pembekuan darah, daun pepaya dapat meningkatkan efek obat antikoagulan (pengencer darah) seperti warfarin, yang berpotensi meningkatkan risiko perdarahan.
Bagi penderita diabetes yang mengonsumsi obat penurun gula darah, daun pepaya juga dapat memperkuat efek hipoglikemik, menyebabkan kadar gula darah terlalu rendah (hipoglikemia).
Oleh karena itu, sangat penting untuk memberi tahu dokter tentang semua suplemen herbal yang sedang dikonsumsi sebelum memulai pengobatan baru atau jika sedang menjalani pengobatan medis.
Penelitian ilmiah mengenai daun pepaya telah menggunakan berbagai desain studi untuk mengeksplorasi manfaatnya.
Untuk sifat antikanker, sebagian besar bukti berasal dari studi in vitro yang menggunakan kultur sel kanker (misalnya, sel leukemia, sel kanker payudara, sel kanker paru-paru) yang dipaparkan pada ekstrak daun pepaya.
Studi-studi ini berfokus pada pengamatan mekanisme molekuler, seperti induksi apoptosis atau penghambatan proliferasi sel. Sebagai contoh, sebuah penelitian di "Journal of Ethnopharmacology" (2010) oleh Otsuki et al.
mengamati efek sitotoksik ekstrak daun pepaya terhadap 10 jenis sel kanker manusia, menunjukkan bahwa ekstrak tersebut dapat memodulasi respons Th1-type cytokine, yang berperan dalam imunitas anti-tumor.
Dalam konteks peningkatan trombosit pada demam berdarah, metodologi penelitian sering melibatkan uji klinis acak terkontrol (RCT) atau studi kohort.
Studi-studi ini membandingkan kelompok pasien yang menerima ekstrak daun pepaya dengan kelompok kontrol yang menerima plasebo atau perawatan standar. Parameter utama yang dipantau adalah hitungan trombosit harian, waktu pemulihan, dan kebutuhan transfusi trombosit.
Sebuah RCT yang diterbitkan di "Asian Pacific Journal of Tropical Biomedicine" (2012) oleh Subenthiran et al.
melibatkan 285 pasien demam berdarah, menunjukkan bahwa pasien yang mengonsumsi ekstrak daun pepaya memiliki peningkatan trombosit yang lebih cepat dan signifikan dibandingkan kelompok kontrol, dengan efek samping minimal.
Desain studi yang kuat ini memberikan bukti yang lebih meyakinkan.
Penelitian tentang efek anti-inflamasi dan antioksidan sering dilakukan melalui studi in vivo pada model hewan (misalnya, tikus atau mencit) yang diinduksi peradangan atau stres oksidatif.
Peneliti mengukur kadar biomarker inflamasi (seperti TNF-, IL-6) atau aktivitas enzim antioksidan (seperti superoksida dismutase, katalase) setelah pemberian ekstrak daun pepaya. Sebuah studi di "Journal of Medicinal Plants Research" (2011) oleh Owoyele et al.
menggunakan model edema cakar tikus untuk menunjukkan sifat anti-inflamasi ekstrak daun pepaya. Temuan ini, meskipun menjanjikan, memerlukan validasi lebih lanjut melalui uji klinis pada manusia untuk memastikan relevansi klinisnya.
Meskipun banyak studi menunjukkan hasil positif, ada juga pandangan yang berlawanan atau keterbatasan yang perlu diperhatikan.
Beberapa peneliti berpendapat bahwa sebagian besar studi tentang daun pepaya masih berskala kecil, memiliki durasi yang singkat, atau dilakukan pada kondisi in vitro/hewan, yang mungkin tidak sepenuhnya mereplikasi kondisi manusia.
Misalnya, beberapa studi observasional tentang demam berdarah tidak selalu mengontrol faktor-faktor perancu seperti hidrasi yang cukup atau perawatan suportif lainnya, sehingga sulit untuk mengisolasi efek murni dari daun pepaya.
Selain itu, variabilitas dalam metode ekstraksi dan konsentrasi senyawa aktif antar produk herbal juga menjadi tantangan dalam mereplikasi hasil.
Kritik lain berpusat pada kurangnya standardisasi dosis dan formulasi yang dapat diandalkan untuk penggunaan klinis. Tanpa pedoman yang jelas, sulit bagi profesional kesehatan untuk merekomendasikan daun pepaya secara konsisten.
Beberapa ahli toksikologi juga menyuarakan kekhawatiran tentang potensi toksisitas jangka panjang dari senyawa tertentu dalam daun pepaya, meskipun laporan kasus toksisitas akut jarang terjadi.
Argumen ini menggarisbawahi kebutuhan mendesak untuk uji klinis yang lebih besar, multi-pusat, dan terstandardisasi yang dapat memberikan data keamanan dan efikasi yang lebih kuat, serta menentukan dosis terapeutik yang optimal dan aman untuk berbagai kondisi.
Rekomendasi
Berdasarkan analisis ilmiah yang ada, beberapa rekomendasi dapat diberikan terkait pemanfaatan daun pepaya.
Pertama dan terpenting, konsultasi dengan profesional kesehatan, seperti dokter atau ahli gizi, sangat disarankan sebelum memulai konsumsi daun pepaya, terutama bagi individu dengan kondisi medis yang sudah ada sebelumnya atau yang sedang mengonsumsi obat-obatan.
Ini akan membantu menilai potensi manfaat dan risiko, serta menghindari interaksi obat yang tidak diinginkan.
Kedua, daun pepaya sebaiknya dipandang sebagai terapi komplementer atau pelengkap, bukan pengganti pengobatan medis konvensional.
Misalnya, dalam kasus demam berdarah, ekstrak daun pepaya dapat digunakan bersamaan dengan perawatan suportif standar yang direkomendasikan oleh dokter, bukan sebagai satu-satunya intervensi. Pendekatan terpadu ini memastikan pasien menerima perawatan terbaik dari kedua dunia.
Ketiga, jika memilih untuk mengonsumsi ekstrak daun pepaya dalam bentuk suplemen, penting untuk memilih produk dari produsen terkemuka yang memiliki reputasi baik dalam hal kualitas dan kemurnian.
Periksa label untuk memastikan adanya standardisasi ekstrak, yang menunjukkan konsistensi kandungan senyawa aktif. Memulai dengan dosis rendah dan memantau respons tubuh juga merupakan praktik yang bijaksana untuk meminimalkan potensi efek samping.
Keempat, untuk penggunaan jangka panjang atau pada populasi rentan seperti wanita hamil, menyusui, atau anak-anak, kehati-hatian ekstrem harus diterapkan.
Kurangnya data keamanan yang komprehensif pada kelompok-kelompok ini berarti potensi risiko mungkin lebih besar daripada manfaat yang terbukti.
Oleh karena itu, sebaiknya hindari penggunaan pada kelompok ini kecuali jika direkomendasikan dan diawasi secara ketat oleh profesional medis.
Terakhir, penting untuk mendukung penelitian ilmiah lebih lanjut yang berfokus pada isolasi senyawa aktif spesifik, penentuan mekanisme kerja yang tepat, dan pelaksanaan uji klinis acak terkontrol skala besar pada manusia.
Data yang lebih kuat akan memungkinkan pengembangan produk daun pepaya yang lebih aman, lebih efektif, dan terstandardisasi, serta integrasinya yang lebih luas ke dalam praktik klinis berdasarkan bukti ilmiah yang kuat.
Secara keseluruhan, daun pepaya memiliki profil fitokimia yang kaya dan menunjukkan potensi terapeutik yang menjanjikan dalam berbagai bidang, termasuk peningkatan trombosit, aktivitas antikanker, efek anti-inflamasi, antioksidan, dukungan pencernaan, dan regulasi gula darah.
Banyak klaim tradisional telah didukung oleh studi ilmiah awal, memberikan dasar yang kuat untuk eksplorasi lebih lanjut. Sifat multifaset ini menjadikan daun pepaya sebagai objek penelitian yang menarik dalam pengembangan obat-obatan dan suplemen alami.
Meskipun demikian, penting untuk mengakui bahwa sebagian besar bukti saat ini masih berasal dari studi in vitro, model hewan, atau uji klinis berskala kecil.
Ada kebutuhan mendesak untuk penelitian lebih lanjut, terutama uji klinis acak terkontrol (RCT) berskala besar pada populasi manusia, untuk mengkonfirmasi efektivitas, menentukan dosis optimal, mengevaluasi keamanan jangka panjang, dan memahami potensi interaksi dengan obat-obatan.
Standarisasi produk ekstrak daun pepaya juga krusial untuk memastikan konsistensi dan kualitas terapeutik.
Arah penelitian di masa depan harus fokus pada isolasi dan karakterisasi senyawa bioaktif spesifik yang bertanggung jawab atas efek terapeutik daun pepaya, serta elucidasi mekanisme molekuler yang mendasarinya.
Selain itu, studi farmakokinetik dan farmakodinamik pada manusia diperlukan untuk memahami bagaimana senyawa ini diserap, dimetabolisme, dan berinteraksi dalam tubuh.
Dengan pendekatan ilmiah yang ketat, potensi penuh daun pepaya sebagai agen terapeutik dapat direalisasikan, memberikan solusi alami yang berbasis bukti untuk berbagai masalah kesehatan.